Squid Game, serial drama Korea bergenre thriller yang sedang hits saat ini dan berhasil meraih atensi, bukan hanya di Korea saja melainkan sudah mendunia.
Bila kita lihat di media sosial saat ini, isinya penuh dengan konten terkait Squid Game. Mulai dari, mempraktikkan permainan tradisional Korea, membuat permen dalgona, menjual pakaian ala peserta, dan membuat cover soundtracknya.
Hype ini wajar saja, sebab sejak mulai ditayangkan pada tanggal 17 September di Netflix, Squid Game kini digadang-gadang akan memecahkan rekor. Rekor paling banyak ditonton di platform Netflix dan akan mengalahkan serial hits asal Perancis, Lupin.
Saya pribadi menyukai serial ini karena beberapa alasan, antara lain:
- Budaya Korea Selatan-nya kuat sekali, mulai dari permainan, makanan, latar tempat, dan soundtrack
- Mempunyai latar yang colorful dan sesuai dengan temanya "permainan tradisional anak-anak"
- Alur ceritanya mudah dipahami karena simpel namun tidak kehilangan rentetannya plus ada bumbu drama
- Menyampaikan banyak gambaran realita kehidupan nyata yang (mungkin) bisa menjadi pelajaran
Untuk poin keempat, bisa kembali dilihat di media sosial. Mulai banyak akun perusahaan bahkan pemerintahan sekalipun yang memberikan edukasi tentang literasi keuangan, khususnya terkait hutang.
Sebab, simpul dari film Squid Game ini pun adalah orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk melunasi hutangnya dan kemudian ikut permainan berhadiah.
Namun, sebenarnya tidak hanya berhenti sampai di hutang, Squid Game memberikan gambaran realita lainnya yang (mungkin) belum kita sadari.
Realita tersebut adalah kehidupan imigran.
Ali dengan nama lengkap Abdul Ali, bisa dibilang merupakan karakter yang "terlalu baik" dalam permainan Squid Game.