Mohon tunggu...
Giovanni Joaquine
Giovanni Joaquine Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Writer

Film │ Books │ Art │ Design │Food and Cook │ Education │ Health │ Observation │ Psychology

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Toko Buku Tutup: Masa Depan Indonesia Terancam

11 Juni 2023   13:37 Diperbarui: 11 Juni 2023   13:39 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini, sedang marak informasi tetang tutupnya beberapa toko buku ternama yang ada di Indonesia. Sebagai contoh, kabarnya Books & Beyond sedang mengadakan diskon besar-besaran dalam rangka ingin menutup gerainya. Selanjutnya, Toko Buku Gunung Agung yang sudah legendaris ini pun juga dikabarkan akan menutup gerai-gerainya pada akhir tahun 2023.

Penutupan toko-toko buku tersebut dikabarkan diakibatkan oleh ketidaksanggupan pemilik dalam bertahan. Mengapa demikian?

Kebanyakan masyarakat Indonesia sudah sangat bergantung pada gawai. Bahkan, membaca pun tidak lagi menggunakan buku fisik, melainkan melalui buku digital.

Media-media digital telah mempermudah aktivitas manusia dalam berbagai bidang. Sekarang, kita dapat dengan mudah menimba ilmu melalui beberbagai platform di gawai, seperti youtube, google, instagram, tiktok, twitter, dan masih banyak lagi. Biaya yang perlu dikeluarkan pun relatif lebih murah, hanya modal kuota atau Wi-Fi saja, kita sudah dapat mengaksesnya kapan pun di mana pun.

Sedangkan untuk membeli buku dibutuhkan biaya yang relatif lebih besar perbukunya. Juga tidak semua buku dapat dibawa ke mana-mana, akibat ukurannya yang besar. Maka dari itu, tak heran bila masyarakat zaman sekarang lebih memilih membaca di gawai daripada buku fisik. 

Namun, kebanyakan orang malah terdistraksi untuk membuka hal-hal lain ketika sedang melakukan literasi digital. Sebagai contoh, ketika terdapat notifikasi dari pacar, gebetan, teman, keluarga, orang yang tadinya sedang membaca akan memilih untuk membuka notifikasi chat tersebut.

opini.telegraf.co.id
opini.telegraf.co.id

Contoh lainnya, terdapat iklan yang menarik pembaca untuk membuka aplikasi lain hingga akhirnya meninggalkan bacaan digitalnya. Sehingga sebenarnya, cara ini kurang efektif dibandingkan dengan literasi secara langsung menggunakan buku fisik.

Dampaknya, tingkat literasi masyarakat Indonesia bisa jadi menurun. Berdasarkan data hasil survey yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019, telah dinyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat literasi ke-62 dari 70 negara. Kondisi seperti ini sangatlah memprihatinkan, serta memicu kekhawatiran akan masa depan bangsa.

Bagaimana jika banyak toko buku tutup? Pastinya, akan memperparah kondisi literasi Indonesia saat ini. Sumber bacaan efektif bagi masyarakat Indonesia jadi berkurang. Bahkan, kemungkinan harga-harga buku akan naik diakibatkan oleh penutupan banyak gerai toko buku sehingga memicu kelangkaan. Minat untuk membaca buku pun jadi semakin menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun