Penghujung tahun 2021, Rifa Handayani melaporkan orang yang berinisial AH dan istri ke Polisi karena dugaan pelanggaran UU ITE. Dia melaporkan dengan menyertakan bukti chat ancaman dan cacian.
Setelah dua minggu pasca pelaporan, laporan Rifa belum ada titik terangnya. Dan yang menjadi sedikit aneh, banyak pihak yang seakan menutup mata terhadap kasus ini. Padahal ada potensi seorang warga negara yang terancam keselamatannya.
Media yang seharusnya menjadi pihak pertama menyampaikan informasi ini , malahan seakan tidak tertarik atau merasa tidak penting informasi tersebut. Maksudnya disini Media-media besar atau yang selama ini dianggap punya informasi akurat.
Ada media yang menyampaikan informasi tersebut, tapi rata-rata media menengah yang baru muncul atau masih merintis. Mendapatkan informasi tentang kejadian tersebut di televisi juga sangat sulit sekali.
Mungkin karena yang dilaporkan adalah seorang petinggi dan pimpinan partai politik, banyak yang mencurigai ini ada agenda politiknya. Seharusnya, sebagai media tidak memvonis terlebih dahulu, berikan kedua pihak untuk menyampaikan informais versi masing-masing. Nanti bakal ketahuan siapa yang benar dan bohong.
Untuk proses hukumnya, biar pihak kepolisian yang memutuskan. Apakah memang laporan itu hoax, memenuhi unsur atau tidak.
Seandainya laporan itu palsu, AH juga harus melaporkan balik Rifa ini. Karena telah melakukan pencemaran nama baik. Harus fair dong.
Bahaya Kalau Semua Bungkam
Andai saja keterangan Rifa itu benar, bahaya sedang menanti negeri ini. Bukan saja karena akan kecolongan mendapatkan sosok yang tidak bertanggungjawab. Juga pilih kasih terhadap keadilan, dan penegakan hukum.
Apalagi terjadi sesuatu pada Rifa, semua yang ada dinegeri ini harus bertanggungjawab. Memang dia seorang tidak bermoral kala melakukan perselingkuhan sebagaimana yang diakuinya. Tapi dia tetap seorang warga negara yang punya hak untuk dilindungi, dan mendapatkan perlindungan.
