Banyak orang yang mengatakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) itu bukan segalanya atau bukan juga yang terpenting. Malahan ada yang mengatakan IPK itu tidak kunci sukses. Saya pada awalnya berpikir seperti itu ketika masih dibawah garis 3.0. IPK tidak terlalu penting dan dengan IPK berapapun akan sukses. Tidak bermaksud pamer, pada akhirnya Saya berhasil mencapai IPK diatas 3.0 dan ketika itupula Saya menyadari IPK itu lebih daripada indeks untuk prestasi di kampus.
Seorang dosen mengatakan bahwa memang IPK bukan satu-satunya kunci sukses tetapi itu dapat menggambarkan tanggung jawab sebagai seorang pelajar. Mau jadi apapun ketika masih berstatus mahasiswa misalkan aktivis atau pengusaha bukan jadi alasan untuk mempunyai IPK jelek. Seorang aktivis 1998 pernah berkata kepada saya, "Satu-satunya alasan mengapa aktivis itu mempunyai IPK rendah adalah karena malas bukan karena dia sebagai aktivis."Â Pernah juga seorang pengusaha yang sukses berkata kepada Saya ketika Saya masih kuliah. "Mahasiswa itu tugas utamanya belajar, bukan usaha dan jika ingin memulai usaha jangan sampai mengganggu kuliah."
Saya merasa IPK bukan kunci sukses itu hanya sebagai tameng. IPK bukan segala-galanya adalah kalimat untuk lari dari kenyataan kalau Saya itu malas. Hal ini dirasakan ketika IPK saya sudah membaik serta masukan dari cerita berbagai orang.
Ketika sudah berada di dunia kerja, memang bisa jadi mereka yang menganggap IPK itu bukan satu-satunya kunci sukses itu benar. Ada contoh orang dengan IPK biasa saja tetapi dia sukses besar dan ada yang cum laude eh malah biasa saja. Yah benar, IPK mungkin bukan indeks yang dapat menggambarkan jaminan kesuksesan atau angka absolut untuk menggambarkan kepintaran. Tetapi bagi Saya, IPK itu bukti kongkrit dari tanggung jawab seseorang ketika dia menjadi mahasiswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H