Mempelajari bahasa Jepang bisa menjadi perjalanan yang menyenangkan dan bermanfaat, namun bagi banyak pemula, prospek menguasai dua sistem penulisan yang berbeda hiragana dan katakana bisa terasa menakutkan. Namun, dengan pendekatan dan sumber daya yang tepat, mengajarkan huruf dasar tersebut dapat diakses dan menyenangkan.
Saat mengajarkan hiragana dan katakana, penting untuk memulai dari dasar dan memberikan banyak kesempatan latihan bagi pembelajar untuk memperkuat pembelajaran mereka.Â
Latihan menulis dan pengenalan untuk mendorong siswa untuk berlatih menulis karakter hiragana dan katakana dengan tangan untuk meningkatkan pengenalan dan ingatannya. Sediakan lembar kerja atau latihan di mana siswa dapat menelusuri dan menulis karakter berulang kali hingga mereka merasa nyaman dengannya. Selain itu, gabungkan permainan dan aktivitas yang melibatkan identifikasi dan pencocokan karakter hiragana dan katakana untuk memperkuat pembelajaran dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.
Berikan konteks dan contoh dunia nyata dengan mengajarkan hiragana dan katakana dalam konteks dengan memberikan contoh penggunaannya dalam bahasa Jepang sehari-hari. Memasukkan kosakata, frasa, dan kalimat yang mengandung karakter hiragana dan katakana, dan mendorong siswa untuk berlatih membaca dan menulisnya sesuai konteks. Hal ini membantu siswa memahami penerapan praktis dan memperkuat pembelajaran mereka melalui contoh dunia nyata.
Dengan mengikuti strategi dan pendekatan ini, mengajar hiragana dan katakana bisa menjadi pengalaman yang menarik dan bermanfaat bagi pendidik dan siswa. Dengan dedikasi, latihan, dan kesabaran, siswa dapat membangun dasar yang kuat dalam huruf penting ini dan mengambil langkah pertama menuju penguasaan bahasa Jepang.
Sebagai upaya pengenalan bahasa Jepang terhadap masyarakat, mahasiswi Tim I KKN UNDIP yang berasal dari jurusan Bahasa dan Kebudayaan Jepang, Giovani Haransaputri, mengadakan edukasi perihal pengajaran  pada Sabtu (27/01/2024) di balai desa Jiwo Wetan mulai dengan sasaran para remaja dan kader posyandu yang ada di sana, karena pada saat itu bertepatan dengan kegiatan posyandu remaja.
Kegiatan diawali dengan pembagian leaflet mengenai huruf Jepang serta aisatsu (salam sapaan) dan dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi mengenai materi tersebut dan menjelaskan apa saja yang dimaksud dari isi materi tersebut. Setelah sesi pemaparan selesai dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan untuk sesi terakhir yaitu penutupan dengan foto bersama.
Hasil dari program ini sangat menuai respon positif dari masyarakat, para peserta mengikuti kegiatan dengan antusiasme yang sangat tinggi dan dapat mempraktikkan beberapa kosakata dalam aisatsu. Seperti mempraktekkan kegiatan menyapa ketika bertemu dan berpisah, ungkapan untuk meminta maaf, serta mengucapkan terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H