Mohon tunggu...
Giova Fernanda
Giova Fernanda Mohon Tunggu... Teknisi - mahasiswa

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Krisis Energi di Daerah Terpencil: Dari Kegelapan Menuju Terangnya Harapan

11 Januari 2025   14:49 Diperbarui: 11 Januari 2025   14:49 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Indonesia, negeri kepulauan yang membentang dari Sabang hingga Merauke, menyimpan kekayaan alam yang melimpah. Namun, di balik keelokan alam dan potensinya, terdapat kenyataan pahit: ribuan desa terpencil masih terperangkap dalam kegelapan akibat minimnya akses listrik. Fenomena ini menjadi tantangan teknis melihatkan potret nyata dari ketimpangan pembangunan yang tidak merata di negeri ini.

Di pelosok-pelosok negeri, ketiadaan listrik membawa dampak yang meresap hingga ke sendi-sendi kehidupan. Anak-anak di desa terpencil kerap menghadapi kesulitan belajar saat malam tiba karena tidak adanya penerangan memadai. Layanan kesehatan pun terbatas; fasilitas seperti pendingin vaksin atau lampu operasi sederhana sering kali tak dapat berfungsi karena minimnya daya listrik. Tak hanya itu, keterbatasan energi juga membelenggu perkembangan ekonomi. Masyarakat kesulitan mengembangkan usaha produktif karena keterbatasan alat dan sarana pendukung. Ketidakseimbangan ini memperpanjang lingkaran ketertinggalan dan menjauhkan daerah-daerah terpencil dari arus utama pembangunan.

Namun, secercah harapan mulai muncul melalui inovasi energi terbarukan, khususnya pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Dengan sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun, teknologi ini menawarkan solusi praktis yang sejalan dengan karakteristik geografis Indonesia. Di beberapa desa yang telah menerapkan PLTS, perubahan signifikan mulai dirasakan. Penerangan malam hari memicu beragam aktivitas mulai dari pengembangan usaha kecil hingga peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan. Kehidupan masyarakat perlahan mulai berubah yang tadinya terisolasi kini mulai terhubung dengan dunia luar.

Meski begitu, jalan menuju terang masih panjang. Pemerintah telah menetapkan target ambisius untuk meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional menjadi 23% pada tahun 2025. Selain itu, komitmen menuju net zero emission pada 2060 menjadi tonggak penting dalam upaya transisi energi. Namun, realisasi target ini menghadapi berbagai kendala: biaya instalasi yang tinggi, infrastruktur pendukung yang minim, medan geografis yang sulit dijangkau, hingga kapasitas pemeliharaan yang terbatas di tingkat lokal.

Salah satu pendekatan yang dapat diambil adalah sistem hybrid, yang mengombinasikan energi terbarukan dengan sumber energi konvensional. Solusi ini bisa menjadi jembatan untuk mengatasi kendala sementara. Namun, keberhasilan jangka panjang tak akan tercapai tanpa keterlibatan aktif masyarakat. Edukasi berkelanjutan penting untuk memastikan masyarakat memahami cara merawat dan memanfaatkan fasilitas energi dengan baik, sehingga keberlanjutan proyek dapat terjamin.

Selain dampaknya bagi masyarakat lokal, transisi ke energi terbarukan juga memberikan kontribusi signifikan dalam menekan emisi karbon. Ketergantungan pada bahan bakar fosil yang mencemari lingkungan dapat dikurangi, sejalan dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dalam berbagai perjanjian internasional. Dengan potensi yang besar, mulai dari tenaga surya, angin, air, hingga panas bumi, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan energi terbarukan secara maksimal demi ketahanan energi nasional sekaligus pelestarian lingkungan.

Di sini, Generasi muda memiliki peran krusial dalam mendukung transisi ini. Sebagai agen perubahan, mahasiswa dan pemuda dapat berkontribusi melalui inovasi teknologi maupun program pengabdian masyarakat. Program desa binaan berbasis energi terbarukan, misalnya, bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan teknologi sederhana yang membawa dampak besar. Dengan kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat, pengembangan teknologi konversi energi yang lebih efisien dan terjangkau dapat diwujudkan.

Tak hanya soal teknologi, transisi energi membutuhkan dukungan kebijakan yang kokoh. Pemerintah perlu memperkuat sinergi dengan sektor swasta untuk mempercepat implementasi proyek-proyek energi terbarukan. Transparansi dalam pengelolaan anggaran serta pengawasan yang ketat menjadi faktor penting agar investasi di sektor ini menghasilkan manfaat optimal.

Lebih dari itu, masyarakat harus dilibatkan sebagai mitra aktif dalam setiap tahap pembangunan energi terbarukan. Ketika masyarakat merasa memiliki fasilitas tersebut, keberlanjutan proyek akan lebih terjamin. Dengan partisipasi aktif, masyarakat dapat menjaga fasilitas agar tetap berfungsi optimal dalam jangka panjang.

Krisis energi di daerah terpencil memang merupakan tantangan besar. Namun, di balik tantangan ini, terdapat peluang besar untuk menciptakan perubahan nyata. Dengan memadukan teknologi, kebijakan yang progresif, dan keterlibatan masyarakat, Indonesia memiliki potensi untuk menerangi setiap sudut nusantara.

Setiap langkah kecil, seperti memasang panel surya di desa terpencil atau memberikan pelatihan kepada masyarakat lokal, adalah investasi menuju masa depan yang lebih cerah. Cahaya yang kini mulai menyinari desa-desa terpencil dapat menjadi simbol keberhasilan teknologi sekaligus representasi harapan akan masa depan yang lebih adil, merata, dan berkelanjutan untuk seluruh rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun