Mohon tunggu...
Alfonso Giostanov Sinantong
Alfonso Giostanov Sinantong Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Owner dari Gotravela Indonesia Holiday

I am Alfonso giostanov lives on the island of Bali. considered to be in Panjer in southern Denpasar. 15 years in the tourism industry. Have 5 hearts which are the breath of my life. Owner of an online travel in eastern Indonesia. Love so much with Tourism soldier - Around the world and archipelagos of Indonesia. travel-blogger, cinematography, photography

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Runtuhnya Bakrie Group (2) "Lapindo"

10 Desember 2014   07:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:38 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14181447091840367169

Munas Golkar di Bali 29 Nov 2014 lalu berjalan dengan sukses mendaulatkan Aburizal Bakrie (Ical) terpilih untuk periode ke-2 nya duduk di singgasana ketua umum partai berlambang beringin ini. Kita telah saksikan sebelumnya bermacam polemik terjadi di internal Golkar sendiri hingga memecahnya dua kubu Priyo cs dan Ical cs dalam beringin yang tidak lagi rindang ini.

Meski kasak-kusuk rekaman mainstream Nurdin Halid sebelum munas beredar memperjelas tidak fair-nya munas ini, namun munas kilat ini berjalan suksesnya dengan perolehan suara dukungan DPP & DPD I dan II terbanyak memenangkan Ical (Tuan si Jas Kuning). Kondisi ini membuat Ical merasa berada di atas angin sikap angkuh mengeluarkan dua hasil rapat yang sangat fenomenal dan bumerang buat Ical;

1. Pemecataan kader-kader Golkar rival lawan ambisinya.

2. Sepakat menolak peraturan pemerintah pengganti undang-undang tentang pemilihan kepala daerah (Perppu UU Pilkada) dan mengembalikan mekanisme pemilu presiden ke parlemen.

Sontak membuat gempar seluruh penjuru negeri ini. Genderang perang ditabuhkan tanpa mengalkulasi, melihat peta dan melawan arah angin politik. Meradang bagi Demokrat, PAN dan PPP dengan dimotori cuci tangan manis SBY menyebut ini sebuah “pengkhianatan” di mana Demokrat bersama KMP menyepakati dukungan tertulis Perppu UU Pilkada tersebut. Seakan tidak peduli Ical pun terus melenggang percaya diri membalas rangkulan manis Gerindra dan PKS.

Rakyat Resah (suara)nya diambil... SBY gunda gulana (cuci tangan) di luar skenario... Relawan mengumpat (perjuangan) sia-sia... DPR was-was (belok) kanan/kiri... Pemerintah galau (bagaimana) hingga 2019.... Di tengah gempar-gempita itu hanya ada satu orang saja yang tersenyum dan tenang. Dia adalah JOKOWI. Ya Joko Widodo Presiden RI ke-7. Bak Khrisna dia tau jalan keluarnya. Hanya dengan sebuah kata kunci “Lapindo”, drama ini berbalik. Ratusan serangan hujan anak panah gugur jatuh ke tanah bak di Bhatarayudha ketika Bisma menghunuskan panah-panah saktinya ke Basudewa.

Arah angin berkata beda bak bumerang kembali menyerang Ical dan mulai menyadari telah membuat kekeliruan fatal. Reaksi cepat media, relawan, pengamat mengekspose habis dan tak ketinggalan panggung SBY pun melancarkan serangan balik atas dasar “kesadaran nasional”.

Dan disadari ejakul-dini politik Ical pun serta-merta mengiring protes pergerakan kader muda Golkar bersama lawan internal politiknya menghasilkan munas tandingan di Jakarta Ancol 6-7 Desember 2014 ini, berujung dengan sengketa perebutan Beringin Rapuh hingga saat ini belum mencapai kata islah, semakin meruncing perselisihan kedua Kubu Presiksi kemungkinan hingga Mahkamah Agung bila mahkamah internal Partai tak mencapai kata islah.

Teman main koalisi-nya (KMP) pun mulai mundur teratur satu per satu. Mereka sadar punya kepentingan golongan sendiri dan mengikuti arah angin politik. Tidak ada koalisi yang abadi dan mulai mengkalkulasi ulang (tidak mau hilang suara) mereka di Pilkada 2015 dan Pileg 2019 nanti, hanya karena harus bertahan mengikuti salah set (bunuh diri) Ical.

Gerindra melepas Ical berjalan sendiri mengikuti ritme pemerintah, yang tersisa dan akan kita tunggu kabarnya. Tinggal PKS, prediksi saya akan menyusul teman lainnya di ujung lapangan (PPP, PAN dan Demokrat).

Ical bukan politikus yang lihai. Ical hanya ambisius pengusaha sukses dan Ical tidak pernah belajar “tiada teman yang abadi dalam politik tapi hanya kepentinganlah yang abadi”.

Semakin terpuruk PT. Minarak lapindo Jaya (Milik Ical) tidak punya dana lagi untuk membayar ganti rugi korban Lapindo, meruginya media PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), Saham PT Bumi Resources Tbk anjlok di lantai Bursa menambah penderitaan dan pembenaran ramalan runtuhnya Bakrie Group.

Inilah sebuah pelajaran berharga bagi kita semua. Di atas langit masih ada langit dan kebatilan akan dimusnahkan Gusti Allah pada waktunya.

Akhir kata selamat rakyat ku Indonesia hanya dengan sebuah kata kunci dari Joko widodo “Lapindo” semuanya kembali berangsur-angsur menuju kedamaian.

~ Salam Kompasiana

[caption id="attachment_340460" align="aligncenter" width="540" caption="diambil dari kompas"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun