Partai Demokrat ini adalah partai politik yang identik dengan tokohnya. Sama seperti PDIP yang lahir dan besar karena trahnya Soekarno, menanggapi dinamika yang mulai terjadi di trah Cikeas Partai Demokrat ini menjelang Kongres Demokrat 2015 nanti. SBY kerap disebut akan kembali memimpin partai berlambang mercy ini. Namun hal ini seperti dianggap tidak demokratis oleh beberapa kader-kader muda Demokrat.
Partai ini disahkan pada 27 Agustus 2003, didirikan dari inisiatif SBY. Pembentukan Partai Demokrat ini kerap disebut untuk mensukseskan jalan SBY menjadi presiden menjegal langkah Megawati dalam Pilpres 2004, dimana SBY pada saat itu merupakan Menteri Koordinator bisang Politik dan Keamanan pada pemerintahan Megawati. Dengan sifat dan karakter mencla-menclenya lah dapat merubah catur perpolitikan pada saat itu, dan membuat tidak harmonisnya hubungan SBY dan Mega hingga saat ini.
Ditengah hiruk-pikuk dinamika saat ini ada upaya untuk memaksa Dewan Pimpinan Cabang dan Dewan Pimpinan Daerah Demokrat agar membuat pernyataan bermaterai guna mendukung aklamasi calon tunggal ketua umum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono walaupun sebelumnya telah berjanji untuk tidak akan mencalonkan diri lagi.
Hingga terkesan mengkultuskan menarik komentar dari ketua DPD Demokrat Bali-Made Mudarta “Manusia Setengah Dewa SBY kembali calon tunggal duduk di singgasana reot Demokrat” dengan alasan demi menyelamatkan partai yang saat ini sudah diujung tanduk.
Hadang Aklamasi SBY beberapa kader muda bersuara vokal tapi masih terkesan malu-malu dan hati-hati diantara nya Gede Pasek Suardika (GPS), Akbar Yahya Yogerasi dan Marzuki alie. Jika dilihat memang geli manuver apa lagi yang akan di-mainkan Si tokoh uzur ini, seharusnya sudah 10 tahun puas menjabat Presiden di republik ini dan biarkan lah dimasa Tua-nya ini istirahat saja dan menjadi bapak bangsa, menjadi panutan, dan tidak perlu serakah kembali. walau di-sadari/tidak pemilu 2014 Partai Demokrat anjlok suara hingga urutan ke 4 setelah Gerindra dan gagal menjadi president dan ketua umum, dan kader serta politikus partai ini banyak yang terlibat kasus Korupsi besar seharusnya SBY lebih legowo berikan tongkat estafet ini kepada yang ber-integritas muda dan berusaha mengayomi dan membenahi citra dan cita luhur demokrat pada marwahnya.
Ada 3 penyebab utama merosotnya suara dan kepercayaan rakyat terhadap Partai yang berlogo Mercy ini:
Pertama, kasus korupsi yang menjerat kader partai secara berturut-turut.
Kedua, menurunnya tingkat kepuasan dan kepercayaan publik terhadap kinerja pemerintahan SBY.
Ketiga, infrastruktur partai yang masih rapuh dan cenderung bergantung pada popularitas figur SBY
Walau berbagai manuver di lakukan SBY untuk mendongkrak kepercayaan publik mulai dari pencitraan sang pemimpin SBY, BLSM, BPJS, Gas 12 kg, strategi Konvensi saat Capres namun kenyataannya manuver-manuver politik Partai Demokrat dan pemerintah saat itu gagal memulihkan kepercayaan rakyat.
Krisis kader yang akan diwariskan menjadi Ketua Umum meski SBY sendiri meragukan Trah cikeas nya Sang pangeran manja Ibas bisa mengendalikan Demokrat (Walau niat besar SBY ini terlihat saat dirinya melanggar salah satu dari 3 butir kesepakatan antara SBY dan Pasek saat KLB Maret 2013). Perpecahan ditubuh Demokrat yang sudah terlihat jauh saat sang mantan ketua umum Anas Urbaningrum menjadi tersangka kasus korupsi yang di tangani KPK berentet terlihat jelas membalelo Fraksi Demokrat disaat vote pengesahan UU Pikada langsung di DPR (Walau di-sinyalir kuat skenario SBY dibalik itu untuk memperkuat suara demokrat di pemilu 2019 nanti dengan Perpu yang dibuatnya), Serta Politik Mencla-mencle dan seakan cari aman berdiri di 2 kaki yang di terapkan SBY, rekrutmen kepemimpinan di Partai Demokrat, baik di pusat hingga daerah lebih didasarkan pada pertimbangan pragmatis, instan dan bahkan nepotis ini juga memyebabkan Partai ini sudah tidak laku untuk di jual lagi.
Seharusnya SBY dapat belajar lebih dari pengalaman Mantan Presiden Suharto, Politik kotor Ical dengan terpecahnya Golkar dan terpecahnya PPP tentunya ini akan menjadi bumerang jika SBY tetap ngotot untuk duduk kembali di Ketum Partai, memang bagi sebagian besar para elit Demokrat, SBY adalah pusat kekuatan dan harapan sehingga dirinya didorong tampil menjadi Ketua Umum demi sebuah misi penyelamatan masa depan partai penguasa ini. tapi apakah anggapan ini merupakan satu-satunya wayout? Malah jika sebaliknya salah/gagal maka ‘kewibawaan’ SBY sebagai pusat kekuatan dan harapan di partai ini pasti digugat dan ditinggalkan secara beramai-ramai oleh kadernya sendiri atau bahkan lebih tragis bagi bapak bangsa ini akan menjadi cemohan cacatan buruk sejarah bangsa bagi generasi penerus dikemudian hari.
Kongres Demokrat 2015 mendatang sebagai ajang pembuktian apakah bisa kembali membenah diri dan mampu menyelamatkan partainya dari ancaman kehancuran atau sebaliknya justru menjadi Partai yang terpental jatuh dari ranah persaingan politik dan me-Restart ulang konsep dan Visi partai atau mengkloning diri menjadi partai baru yang harus berjuang dari awal lagi.
Inilah pertaruhan penentu terakhir Partai Demokrat, ditengah terus memburuknya elektabilitas maka kini semua kader hanya memiliki dua pilihan untuk bisa ditempuh yaitu tetap optimis dengan terus bekerja keras serta mengharapkan kepada generasi kader-kader muda dan reformis mengangkat kepercayaan publik atau justru mengikuti jurus sakti politik SBY yang tak sakti lagi sebagai Ketua Umum dan sekaligus seorang mantan Presiden yang dinilai mewariskan segudang permasalahan dan gagal bagi pemerintahan saat ini.
Mari kita saksikan babak Demokrat selanjutnya ~ Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H