Yogyakarta – Umat Katolik melangsungkan perayaan Rabu Abu sebagai wujud masa pertobatan. Rabu Abu adalah permulaan Masa Prapaskah, yaitu pemeriksaan batin dan berpantang guna mempersiapkan diri untuk Kebangkitan Kristus dan penebusan dosa.
Pemberian abu di kening umat Katolik sebagai tanda tobat. “Imam atau diakon yang biasa membubuhkan abu pada dahi ke setiap umat sambil berkata: Bertobatlah dan Percayalah kepada Injil”, ungkap Melia sebagai salah satu prodiakon di Gereja Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta, Rabu (9/3).
Abu yang digunakan pada Hari Rabu Abu berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Setelah Pembacaan Injil dan Homili abu diberkati. Abu yang telah diberkati oleh gereja menjadi benda sakramentali.
Dalam upacara kuno, orang-orang Katolik yang melakukan dosa berat diwajibkan untuk menyatakan tobat mereka di hadapan umum. Pada hari Rabu Abu, Uskup memberkati kain kabung yang harus mereka kenakan selama 40 hari serta menaburi mereka dengan abu.
Berikut adalah ringkasan Peraturan Puasa dan Pantang yang mengacu pada Surat Gembala Prapaska 2011:
1.Hari Puasa 2011 ini dilangsungkan pada hari Rabu Abu, 9 Maret dan Jumat Agung, 22 April. Hari pantang dilangsungkan pada hari Rabu Abu dan 7 Jumat selama masa Prapaskah sampai dengan Jumat Agung.
2.Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berumur 18 sampai awal tahun ke-60. Yang wajib berpantang oalah semua orang Katolik yang berumur genap 14 tahun ke atas.
3.Puasa dalam arti yuridis, berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Pantang berarti memilih tidak makan daging atau ikan atau garam atau tidak jajan atau merokok. Karena peraturan puasa dan pantang cukup ringan, maka dianjurkan, agar secara pribadi atau bersama-sama, misalnya oleh seluruh keluarga, atau seluruh lingkungan, atau seluruh wilayah, ditetapkan cara dan puasa dan pantang lebih berat, yang dirasakan lebih sesuai dengan semangat tobat dan matiraga yang ingin dinyatakan. Ketetapan yang dibuat sendiri tidak mengikat dengan sanksi dosa.
4.Bila ada perkawinan yang karena alasan yang bisa dipertanggungjawabkan dilangsungkan dalam masa Prapaskah, atau pada hari lain yang diliputi suasana tobat, pastor paroki hendaknya mengingatkan para mempelai agar mengindahkan suasana tobat itu, misalnya, dengan tidak mengadakan pesta besar (Upacara Perkawinan, Komisi Liturgi 1076, hal. 14).Ini ditempuh untuk mengurangi kemungkinan munculnya batu sandungan.
5.Salah satu ungkapan tobat bersama dalam masa Prapaskah ialah Aksi Puasa Pembangunan (APP), yang diharapkan mempunyai nilai dan dampak pembaharuan pribadi, serta mempunyai nilai dan dampak peningkatan solidaritas pada tingkat paroki, keuskupan dan nasional.
Sumber : Teks Misa Perayaan Ekaristi Rabu Abu 08-09 Maret 2011.
Perayaan Rabu Abu yang berlangsung kurang lebih 1,5 jam, tidak mematahkan semangat umat Katolik dalam beribadat bersama. “Dibanding tahun yang lalu, perayaan Rabu Abu sore ini cukup sepi, mungkin sebagian menghindari turun hujan jadi mungkin sudah misa di jam-jam sebelumnya”, ungkap Immartha Saputri sebagai umat Umat Katolik Gereja Santo Antonius Kotabaru.
“Prapaskah kali ini saya pantang makan daging dan jajan. Tapi soal puasa sedang dalam proses yaitu makan sekali kenyang”, tambah mahasiswi akuntansi Universitas Sanata Dharma ini.
Umat Katolik diajak untuk merenung dan berdoa sesuai dengan tema masa Prapaskah ini, “Inilah Orang Katolik Sejati”. Katolik merupakan suatu nama yang memuat ajakan agar Umat Katolik diperkenankan mengalami Allah yang sejati. Hal ini memuat pemahaman tentang iman yang terbuka.
Ketidakberesan dalam ranah keagamaan ini menjadi sumber aliran-aliran arus yang bermuara pada ruang publik yang tuna adab. Intoleransi yang akhir-akhir ini menjadi-jadi, kebohongan publik yang merambah ke setiap sudut ruang kehidupan masyarakat, korupsi, ketidakadilan, kekerasan yang merajalela, bahkan telah masuk dalam keluarga-keluarga kita adalah buah-buah dari hidup keagamaan yang tidak benar, karena yang kita sembah sebenarnya bukan Allah sejati, melainkan ilah-ilah ciptaan kita sendiri.
(Dikutip dari Surat Gembala Prapaskah 2011 Keuskupan Agung Semarang)
[caption id="attachment_93470" align="alignnone" width="300" caption="Pemberian Abu Pada Dahi"][/caption]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI