Wanayasa setelah hujan reda,
Kabut tipis perlahan merendah,
Di senja yang sunyi seseorang merayakan sepiÂ
Ingatlah kekasih, sebelum bahagia moksa, aku masih beruntung.
Telah aku kekalkan segala kenangan tentangmu pada rangkaian puisi
Meski kini harus berubah jadi air mata.
Kepergianmu adalah bait-bait nyeri yang kini tengah aku rasakan.
Meski hari ini sudah bulan kesekian semenjak ketiadaanmu,
Aku masih begitu jelas mengingat senyummu,
Mengingat kota-kota yang peenah kita singgahi.
Di kedai ini, biarlah musim mencatat tentang kesetiaan seseorang yang telah ditinggalkan.
Aku.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!