Ibnu Majah. Beliau adalah seorang pengembara ilmu, penjaga hadis, dan penulis karya besar yang hingga kini menjadi salah satu rujukan utama dalam dunia Islam.
 Di setiap generasi, selalu ada sosok-sosok istimewa yang dipilih Allah untuk menjaga ajaran agama-Nya. Di antara mereka, ada seorang ulama yang namanya menembus zaman, dikenal sebagai Imam        Namun, perjalanan hidupnya bukanlah kisah yang sederhana. Dibalik namanya yang masyhur, terdapat dedikasi tanpa henti, pengorbanan luar biasa, dan perjuangan yang penuh hikmah. Mari kita mengenal lebih dekat sosok ulama yang namanya tak pernah lekang oleh waktu ini.
        Imam Ibnu Majah dilahirkan di kota Qazwin, Persia, pada tahun 209 H (824 M). Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah al-Qazwini. Sejak kecil, Ibnu Majah menunjukkan kecintaan yang luar biasa pada ilmu agama. Ia tumbuh di lingkungan yang penuh dengan semangat keislaman, namun hasratnya untuk belajar melampaui batas-batas kota kelahirannya.
        Ibnu Majah adalah seorang yang haus akan pengetahuan. Ia tak hanya belajar dari lingkungan sekitarnya, tetapi juga memulai perjalanan panjang mencari ilmu ke berbagai wilayah dunia Islam. Dengan bekal keyakinan dan semangat, ia mengembara dari negeri ke negeri, bertemu dengan ulama-ulama besar yang membentuk keilmuannya.
        Dalam usianya yang masih muda, Ibnu Majah memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya demi sebuah misi besar: menghimpun dan menjaga warisan sunnah Rasulullah SAW. Perjalanannya membawanya ke Baghdad, Basrah, Kufah, Syam, Mesir, hingga Makkah dan Madinah.
        Di setiap tempat, ia berguru kepada para ulama hadis terkemuka seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma'in, dan Abu Bakr bin Abi Syaibah. Ibnu Majah tidak hanya menjadi seorang murid yang tekun, tetapi juga seorang pengamat yang kritis. Ia mempelajari bagaimana hadis-hadis diuji keasliannya dan bagaimana riwayat yang lemah dipisahkan dari yang shahih.
        Perjalanan ini bukanlah perjalanan yang mudah. Ia menghadapi berbagai rintangan, mulai dari medan perjalanan yang berat hingga kesulitan finansial. Namun, Ibnu Majah tetap teguh pada misinya. Baginya, ilmu adalah cahaya yang tidak boleh dipadamkan.
        Setelah bertahun-tahun mengembara dan mengumpulkan hadis, Ibnu Majah akhirnya menyusun karyanya yang monumental, Sunan Ibnu Majah. Kitab ini bukan hanya sekadar kumpulan hadis, tetapi juga sebuah karya ilmiah yang memperlihatkan betapa telitinya Ibnu Majah dalam memilih dan menyusun riwayat-riwayat yang ia kumpulkan.
        Sunan Ibnu Majah memuat sekitar 4.341 hadis yang disusun dalam bab-bab tematik. Salah satu keistimewaan kitab ini adalah adanya hadis-hadis yang tidak ditemukan dalam lima kitab hadis utama lainnya, menjadikan Sunan Ibnu Majah sebagai pelengkap yang sangat berharga dalam Kutubus Sittah.
        Namun, bukan tanpa kritik. Beberapa ulama menyatakan bahwa terdapat hadis dhaif dalam kitab ini. Meski begitu, hal ini tidak mengurangi keagungan karya Ibnu Majah, karena dedikasi dan sumbangsihnya pada ilmu hadis jauh melampaui kritik yang ada.
        Imam Ibnu Majah wafat pada tahun 273 H (887 M) di Qazwin, kota kelahirannya. Ia meninggalkan dunia dengan meninggalkan warisan yang tak ternilai harganya. Karya dan dedikasinya terus hidup, menjadi pelita bagi umat Islam dalam memahami ajaran Rasulullah SAW.