Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Pro Kontra Perploncoan yang Terjadi secara Turun-temurun dalam Pendidikan

21 Agustus 2015   00:12 Diperbarui: 21 Agustus 2015   00:12 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Secara istilah, perploncoan adalah suatu unsure pendidikan yang berupa penyiksaan dan tindak kekerasan serta penindasan oleh senior kepada peserta didik (mahasiswa) juniornya yang biasanya disertakan dalam kegiatan masa pengenalan, guna melatih kedisiplinan serta membuat mahasiswa baru mulai mengenali dan beradaptasi dengan lingkungan. Tetapi di sisi lain, perploncoan malah sangat bermanfaat untuk membuat mahasiswa junior lebih dekat dengan lingkungan kampus sehingga mereka lebih mampu menyesuaikan diri.

 

Menurut saya, mahasiswa baru Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta tahun 2015, perploncoan sebaiknya jangan diberlakukan selama MPA (Masa Pengenalan Akademik), karena itu sangat merugikan bagi para mahasiswa baru yang kuliah di perguruan tinggi. Mengapa demikian?

 

Berdasarkan hasil kerjasama Mendikbud dengan Menreistek Dikti dalam rapat koordinasi yang membahas masa orientasi (pengenalan) mahasiswa, kegiatan masa pengenalan (biasa disebut ospek/operasi pengenalan akademis) tidak diperkenankan menggunakan unsure perploncoan. Karena akhir-akhir ini Mendikbud melakukan sidak masa orientasi siswa di sejumlah SMA/SMK di Jabodetabek beberapa waktu yang lalu, hasilnya banyak siswa baru yang mengenakan atribut aneh yang tidak bermanfaat.

 

Saya ambil garis besarnya saja ya… Perploncoan sebenarnya hanya bertujuan untuk memuaskan nafsu kekuasaan pihak senior semata. Bukannya untuk melatih kedisiplinan, justru perploncoan ini sangatlah merugikan, karena 4 alasan berikut:

 

  • Menguras keuangan pihak junior/maba untuk membeli bahan baku pembuatan atribut aneh yang sebenarnya tidak bermanfaat,
  • Membuat pihak junior (maba) focus pada pengerjaan tugasnya yang sulit dan menumpuk sehingga melupakan waktu istirahat agar tugasnya selesai secepatnya, sehingga akhirnya membuat para maba mudah kelelahan dan jatuh sakit,
  • Memberikan sanksi yang terlalu berat, yang tidak setimbang dengan tingkat pelanggaran maba, sehingga memicu kekerasan fisik yang berujung trauma bahkan menelan korban jiwa, DAN
  • Dari segi senior, ini hanya untuk membalas dendam karena masa lalu pihak senior yang mengalami hal serupa.

 

Jadi kesimpulannya, sebaiknya perploncoan dihentikan Karena akhir-akhir ini banyak kasus perploncoan yang melampaui batas kewajaran yang akhirnya dapat menelan korban cukup banyak. Jika ini terus dibiarkan, maka hanya dapat menghambat kebebasan para maba dalam masa pengenalan akademisnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun