Mohon tunggu...
Vensca Virginia
Vensca Virginia Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Aku bukan penulis. Aku hanya butuh kanalisasi untuk mengaktualisasikan diri.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

"Nyanyian Fals" Nazaruddin untuk Putera Mahkota

11 Oktober 2014   11:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:29 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayangnya, konsistensi dari ucapannya itu laksana debu yg tertiup angin. Hilang tak membekas. Korupsi menggila dalam lingkaran pemerintahannya. Celakanya lagi, ketika pemberantasan korupsi kian tidak jelas arahnya, pemerintahan SBY justru kerap mengobral remisi bagi para koruptor yg sudah dipidana. Hal ini tentu saja mengingatkanku dengan sebuah ungkapan : “Kalau di Arab, koruptor dipotong tangannya. Di China, koruptor dipotong lehernya. Di Indonesia? Koruptor dipotong masa tahanannya”. Ini benar2 bernuansa ironi.

Lalu bagaimana cara SBY menangani kasus Ibas - yg didengungkan oleh Nazaruddin Jumat siang itu? Apa dia akan berupaya sedemikian keras dalam sisa2 masa kekuasaannya untuk melakukan pembungkaman terhadap Nazaruddin? Ataukah SBY akan melakukan “SENSOR”, agar putera mahkotanya ini terhindar atau paling tidak diberikan kompensasi hukuman? Ataukah dia akan menjadi panglima perang untuk menghajar puteranya itu dengan pedang hukum? kita lihat saja.

Fernando Lugo, presiden terpilih Paraguay pernah berkata dengan lantang untuk memberikan ultimatum bagi para koruptor, dalam pidato pelantikannya di tahun 2008,: “Orang harus bayar apa yg telah mereka curi”. Paraguay saat itu merupakan Negara yg memiliki birokrasi terkorup di dunia. Hal ini membuat Lugo harus melakukan reformasi besar-besaranan dalam birokrasi pemerintahannya. Dan dia membuktikannya, ketika menandatangani sejumlah dekrit.

Pernyataan Lugo tentu saja berkorelasi dengan kasus Ibas. Ibas harus membayar semua konsekuensi dari segala fasilitas sang Ayah – yg dimanfaatkan olehnya untuk mencuri uang rakyat (jika terbukti terlibat dalam sejumlah kasus korupsi yg disebutkan Yulianis & Nazaruddin).

Dalam hal ini, aku berani bertaruh; hari-hari pengutukan bagi Ibas akan segera datang. Sekarang Hukum akan memburunya seperti kutukan, mengejar-ngejarnya seperti arus banjir bandang.

Dan aku pun berani bertaruh; SBY pasti akan menjadikan dirinya sebagai “pintu kematian” bagi siapapun yg hendak mengganggu putera kesayangannya itu. Tidak peduli kenapa seseorang harus “mati”!! tidak peduli “kematian” seseorang dengan cara keji yg melahirkan dendam kusumat!! Yang pasti, nasib sang putera mahkota itu kini berada di tangan KPK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun