Mohon tunggu...
Zavry W. Zaid
Zavry W. Zaid Mohon Tunggu... lainnya -

Chairman/CEO at Human Paradigm Enlightemen Foundation (HPEF/YPPI).Freelancer now n then. Nothing more interesting than immortality. In between, just passing n away while looking for the better future of body, mind n soul. Positive thinking, open minded, forget the past n forgiveness for a glorious of humanities.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manusia, Ilmu, Pengetahuan dan Buku

23 April 2012   12:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:14 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak masih dalam kandungan ibu, ada dari kita sudah dikenalkan pada buku melalui informasi Ibu-Ayah. Setidaknya semenjak bayi, berbagi kasih sayang dengan mimik, gerak dan cerita sembari Ibu bersenandung menjelang bobok.  Tentu saja kita tak membaca langsung dalam bentuk fisik tulisan atau cetakan yang berjilid-jilid. Intisari buku secara tak langsung menjadi salah satu sumber informasi, mentradisi dalam tutur lisan serapan dari muasal yang tertulis. Ibu paling berjasa mengenalkan buku kepada kita, menuturkan secara naluri, intuisi, pemikiran dan ujar-ujar moral sepenuh hati, segenap jiwa berbalut belas kasih sayang.

Pra sekolah, play group, dan kini marak muncul PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini perlu buku-buku. Begitu pula mulai dari TK, Sekolah Dasar dan pendidikan keilmuan lanjutannya, sulit lepas dari buku sebagai sumber ajaran ilmu pengetahuan murni maupun terapan. Lalu bagaimana buku membentuk  karakter kita, membangkit kesadaran, mencerahkan pemikiran, menyeimbangkan emosi dan memahami spiritualisasi?

Manusia lahir dengan membawa gen dominan dan  gen terkait dengan turunan terwariskan dari orang tua. Kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual kita selain dari pengaruh faktor bawaan, dipengaruhi juga oleh kualitas informasi yang diterima. Ragam informasi dari "luar" diri kita -salah satu bersumber dari buku- diproses otak, dipilih, dipilah, dievaluasi dan ditransformasikan menjadi opini dan hasil pemikiran kita.

Ketika ragam informasi tersusun secara sistematis, dengan disiplin metodologi, observasi, identifikasi, eksperimen nyata dan secara teori mampu menjelaskan fenomena, kumpulan informasipun menjadi ilmu. Bila pengetahuan luas tanpa dibarengi suatu disiplin ilmiah, maka sipemilik pengetahuan belumlah bergelar ilmuwan selaku seorang ahli yang berkecimpung dalam mendalami keilmuan.  Seseorang berpengetahuan luas dan mendalam secara otodidak -hasil praktek atau diperoleh melalui buku-buku-, bisa lebih menguasai teori-praktek atas pemahaman pengetahuannya berdasarkan minat, ketertarikan dan bakat yang melekat pada dirinya. Itulah yang disebut dengan tacit knowledge, yang diserap dari pengalaman dan ragam sumber informasi, utamanya buku-buku. Pengetahuan melekat atas pemahaman yang erat terbawa sampai akhirat.

Kemajuan ragam sumber informasi, kecanggihan teknologi dan peralatan komunikasi yang terus menerus terbarukan tak menyurutkan peran buku bagi peningkatan ilmu, pengetahuan dan ketrampilan manusia. Maka buku-buku sebagai sumber informasi baku yang terjilid rapi dan tercetak indah tetap menjadi trend yang diburu, juga dikoleksi tersusun mudah dicari di perpustakaaan-bibliotik sejak dulu, kini dan jauh ke masa depan nanti.

Buku-buku dan tentu saja para penulis, pengarang, pencetak dan penerbit telah berjasa besar mencerdaskan anak bangsa, umat manusia. Buku-buku telah mencerahkan pikiran, hasil serapannya telah mengajarkan pengendalian emosi, memperbaiki mental dan moral spiritual manusia. Karena itu kita semua boleh berharap agar para penikmat buku, yang menjadi pemilik dan penguasa pengetahuan sebagai kekuatan pencerah juga sedia berbagi ikut mencerahkan dan membangkitkan kesadaran bersama anak bangsa.

Tanpa buku-buku, baik dalam bentuk teks asli, kutipan, perbanyakan risalah ilmiah populer dan ragam kodifikasi pengetahuan  dalam bentuk terjilid, cetakan maupun virtual, maka alangkah semakin tertinggal kita dalam kebodohan, pembodohan, dalam kemiskinan dan pemiskinan. Semakin sulit bagi bangsa kita untuk mandiri, menegakkan harkat dan martabat anak bangsa, membentuk karakter anak -generasi muda, mencerahkan pikiran, memperkaya mental emosional serta memperoleh kesadaran moral dan spiritual.

Tiada hari tanpa terbit buku baru, pengetahuan dan keilmuan bagi kemajuan masa depan anak bangsa. Selamat merayakan, mengenang, menyenangkan diri menikmati hari ini, hari buku nan terus berlanjut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun