Mohon tunggu...
Zavry W. Zaid
Zavry W. Zaid Mohon Tunggu... lainnya -

Chairman/CEO at Human Paradigm Enlightemen Foundation (HPEF/YPPI).Freelancer now n then. Nothing more interesting than immortality. In between, just passing n away while looking for the better future of body, mind n soul. Positive thinking, open minded, forget the past n forgiveness for a glorious of humanities.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Riba, Penjajajahan Ekonomi, Pemiskinan, dan Pembudakan

30 Juni 2011   23:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:02 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam sebuah hadith Nabi Muhammad saw, yang diterima dari Abu Hurairah (ra), dinyatakan bahwa :

There will come a time, he said, when you will not be able to find a single person in the world who will not be consuming riba. And if anyone claims that he/she is not consuming riba then surely the vapor/the dust of riba will reach him/her. (Abu Daud, Mishkat)

Makna riba dalam tataran praksisnya telah menjadi perdebatan panjang  sejak berabad-abad, bahkan ribuan tahun silam.Walau dimengerti bahwa ajaran semua agama langit (samawi) sejak Nabi Ibrahim as (Abraham) berlanjut kepada anak cucu, berujung pada risalah Rasul Muhammad saw menegaskan bahwa riba adalah haram.   Berbuat tindakan haram berarti melanggar perintah Tuhan. Melanggar bermakna manusia telah berani menentang dan menyalahi kehendak Tuhan, karena tidak mau melakukan hal-hal yang halal saja. Tidak mencerminkan diri sebagai manusia beragama, beriman, bertakwa dan berpikir menggunakan akal sehat dengan kecerdasan indriyah (logika/nalar) selaras fithriyah (intuisi ilahiah).

Setiap perbuatan melanggar, menyalahi  hukum dan perintah Tuhan yang telah diajarkan agama sebagaimana tercantum dalam kitab suci disebut dosa. Konsekuensi logis, akibat pasti yang dirasakan oleh orang-orang berbuat dosa atau pendosa adalah neraka. Neraka adalah suatu tempat, keadaan, kondisi pemicu rasa tersiksa, sengsara, celaka dan ternista yang dapat dirasakan oleh semua umat manusia baik selagi hidup di dunia kini, juga bisa  ketika sampai di akhirat.

Lawan dari neraka adalah surga. Surga adalah tempat, keadaan, kondisi yang memicu rasa nyaman, nikmat, damai, sejahtera dan bahagia. Sebagaimana juga rasa neraka yang telah dapat kita bayangkan, begitu pula nuansa citra rasa surga dapat kita visualkan dalam pikiran akal sehat selaras garizah ilahiah. Sungguh, semuanya dapat kita rasakan, nikmati dan  resapkan dalam pikiran serta hati nurani di dunia kini, agar bahagia di akhirat nanti.

Memang bukan hal yang mudah menyatukan pemahaman suatu ajaran melalui belajar, berkontemplasi ataupun dengan menempuh suluk. Menemukan jalan kesadaran memahami agama menuju atau menghadirkan Tuhan Maha Pencipta Yang Maha Benar dalam aliran darah, hati (nurani), otak/pikiran dan jiwa kita. Hambatan utama tentu saja ada dalam diri kita sendiri. Karena kita tidak punya kemauan serius, kegigihan serta kemampuan beradaptasi dengan ilahiah. Tampak jelas ada pada diri manusia hanya menguras nafsu, keinginan duniawi dengan berpikir, berkata dan berbuat untuk kepentingan ego praktis-pragmatis dalam sikap perilaku hidup sehari-hari.

Keinginan manusia untuk memuaskan nafsu duniawi yang berlebihan, memicu timbul keserakahan karena hanya bertumpu kepada kebendaan atau material belaka. Sikap dan perilaku hedonis yang tujuan hidupnya hanya untuk senang-senang menikmati dunia secara konsumtif melalui dunia materi. Paham keliru yang mengagungkan realitas kebendaan atau materialisme menyebabkan manusia menyangkal keberadaan Tuhan. Penyangkalan nahkan pendangkalan terhadap kenyataan adanya realitas yang transenden.

Secara sadar ataupun tidak, pada tataran praksis manusia menyangkal adanya realitas yang melampaui atau jauh berada dibalik (beyond) realitas material. Penyangkalan dan pendangkalan tujuan hidup manusia dipicu oleh materialisme, kapitalisme-liberalisme yang merasuk dan menguasai aktivitas sehari-hari manusia seolah kerasukan setan. Para pelaku materialisme, kapitalisme-liberalisme telah melakukan penjajajahan ekonomi kepada hampir seluruh umat manusia di dunia. Melalui riba-based economic, dengan segala kegiatan dan aktivitas ekonomi yang berbasis riba,  maka pusat uang dan kekayaan dunia lambat laun akan bertumpuk pada segelintir elite pemangsa yang serakah mengangkangi dunia. Itulah yang disebut a predatory global elite!

A predatory global elite tak akan pernah puas melakukan penjajahan ekonomi secara massa dengan ragam upaya dan cara kegiatan ekonomi berbasis riba. Pasar bebas yang benar-benar bebas menghalalkan segala cara tanpa etika, tepa selira dan secara tidak manusiawi memperlakukan manusia hanya sebagai benda untuk dieksploitasi. Target penghisapan kekayaan secara massa, menunjukkan sikap dan perilaku materialisme dan kapitalisme-liberalisme amat sangat berlebihan, sehingga menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan yang manusiawi.

Secara sistemik riba-based economic dipraktikkan merasuk jauh kedalam sumsum tulang dan aliran darah manusia. Menghisap kekayaan negara, anak bangsa dan seluruh kehidupan masyarakat yang terlena dan tak sadar telah mengalami pemiskinan struktural dan kultural. Akibat nyatanya yang miskin akan tetap berada dalam kubangan kemiskinan dan akan bertambah miskin karena dieksploitasi, dikuras habis, dihisap sampai kering kerontang. Sedangkan yang kaya terus bertambah dan menumpuk kekayaannya, mencari peluang berinvestasi yang bebas risiko secara bebas tanpa kendali. Habis sudah kehidupan sebagai manusia merdeka, ketika tak ada lagi yang tersedia untuk dihisap dari milik si miskin oleh si kaya. Masyarakat miskin yang butuh makan, sandang dan papan tak bisa apa-apa lagi, kecuali pasrah bongkokan, menyerahkan hidup, harga diri dan kemanusiaannya demi sesuap nasi untuk bertahan hidup. Betul-betul kehidupan manusia yang paradoks dan absurd, sulit diterima akal sehat secara manusiawi. Itu kalau kita masih mau dan mampu berpikir manusiawi secara kafah melalui kecerdasan  indriyah (logika/nalar/akal sehat) dan fithriyah (garizah-intuisi ilahiah).

Penjajahan ekonomi terus berlanjut,  proses pemiskinan berjalan tanpa kendali karena diserahkan pada mekanisme pasar bebas. Masyarakat semakin miskin tanpa akses ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan diri keluarga dan keturunannya tak bakal pernah lagi mampu untuk hidup mandiri. Semua aset, kekayaan dan uang akan mengalir deras kepada penguasa dan pengusaha kaya yang tetap semakin kaya, lalu akan berbuat dan bertindak semena-mena.  Lingkaran setan, yang kaya tetap semakin kaya, yang miskin permanen tambah miskin.

Pada akhirnya, akibat nyata yang akan kita rasakan bersama adalah bahwa;  kita sedang bergerak mundur menuju kembali ke jaman perbudakan!. Pembudakan yang dilakukan oleh jaringan tangan-tangan yang tak manusiawi. Yang setiap hari aktivitasnya hanya mengakumulasi, menumpuk dan memungut hasil eksploitasi secara massa dari investasi bebas risiko atas beban kekayaan masyarakat, negara dan bangsa. Kegiatan sistematis dari a predatory global elite yang mengagungkan materialisme dan kapitalisme-liberalisme dengan mengeksploitasi kekuatan dan kekayaan masyarakat. Melakukan pembudakan modern melalui pelumpuhan kekuatan ekonomi masyarakat yang telah terhisap, terkuras habis sampai tulang sum-sum. Yang tersisa hanyalah tarikan nafas tersengal, menyerah pasrah. Demi bertahan tetap hidup, menyerahkan diri, keluarga dan turunannya menjadi budak-budak ekonomi dari segelintir elite pemangsa dan penghisap yang telah mengeksploitasi mereka secara serakah tak manusiawi.  Akankah pembiaran, tak peduli, cuek bebek akan  tetap dibiarkan terus berlanjut??

Bangkit, sadar dan insaflah akan tujuan hidup kita untuk mengangkat harkat kemanusiaan melalui niat, pikiran, perkataan dan perbuatan yang mengandung nilai-nilai luhur virtue. Memiliki dan mempraktikkan hidup manusiawi dengan keunggulan moral, kebenaran, kebajikan, kejujuran, keikhlasan demi mewujudkan kedamaian, kesejahteraan, kebahagiaan dan kemuliaan hidup manusia selaras alam semesta. Hanya dengan kesadaran dan keinsafan menggunakan kecerdasan indriyah dan fithriyah, perbudakan tradisional maupun pembudakan modern yang mengeksploitasi masyarakat melalui riba-based economic dapat dilenyapkan dari muka bumi!  Percayalah.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun