Weton adalah sistem kalender Jawa yang menggabungkan lima hari pasaran (Pahing, Pon, Legi, Wage, dan Kliwon) dengan siklus tujuh hari kalender Masehi. Secara harfiah, weton adalah kombinasi dari hari lahir menurut kalender Masehi dan pasaran Jawa yang terjadi setiap 35 hari. Lebih dari sekadar penghitungan hari, weton dianggap memiliki makna spiritual dan filosofi yang mendalam dalam menentukan karakter dan nasib seseorang.
Manajemen Waktu "Weton"
Dapat disimpulkan bahwa, manajemen waktu "weton" merupakan salah satu cara bagi Budaya Jawa memanajemen waktu yang berkaitan dengan pemahaman terhadap siklus bagaimana individu dapat menyelaraskan aktivitas harian mereka dengan hari-hari yang dianggap membawa keberuntungan dengan lebih bijaksana dan penuh perhitungan. Konsep waktu dalam tradisi Jawa "weton" ini bersifat siklikal atau berulang. Dengan demikian, konsep ini memberikan pendekatan yang bersfiat spiritual dalam manajemen waktu dan pengendalian diri melalui harmoni antara diri dan alam.
Weton jawa dalam kepercayaan Jawa, arti dari suatu peristiwa yang terjadi pada hari tertentu dapat diramal dengan menelaah saat terjadinya peristiwa tersebut dalam suatu siklus hari dalam kalender tradisional. Dasarnya adalah "moco ing waskito", yang berarti membaca kejadian dari fenomena atau tanda-tanda (alam) yang telah terjadi sebagai panduan untuk memahami setiap peristiwa yang akan terjadi. Sejak jaman dahulu, sistem penanggalan atau penghitungan neptu weton Jawa ini sudah biasa digunakan oleh masyarakat Jawa yang bukan hanya sebagai penanda hari lahir saja ataupun untuk menggambarkan sifat, karakter dan nasib seseorang, melainkan bisa juga digunakan untuk menentukan masa tanam dan panen, meramal kecocokan jodoh, ataupun untuk meramalkan hari baik untuk tujuan tertentu. Beragam metode, rumus, ataupun ketentuan yang diyakini dari generasi ke generasi memiliki makna yang menjadi tuntunan ataupun peringatan bagi yang mempercayainya.
Salah satu contoh dari metode peramalan ini dapat ditemukan dalam sistem perhitungan neptu pada hari kelahiran Jawa yang disebut Wetonan. Misalnya, weton anda adalah gabungan dari tujuh hari dalam seminggu (Senin, Selasa, dll.) dengan lima hari pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Perputaran ini berulang setiap 35 (7 x 5) hari, sehingga menurut perhitungan Jawa, hari lahir anda akan berulang setiap lima minggu, dan setiap hari kelahiran memiliki pengaruh masing-masing dalam menentukan sifat, karakter, dan nasib anda. Ada beberapa versi dalam perhitungan neptu weton Jawa, antara lain dalam perhitungan neptu weton Jawa, berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing:
- Pancasuda: Ini adalah sistem yang menggunakan lima hari dalam seminggu (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu) dan mengaitkan masing-masing hari dengan angka tertentu. Biasanya, sistem ini menggabungkan hari Pasaran (hari-hari dalam kalender Jawa) dengan hari dalam seminggu.
- Saptawara/Pancawara: Saptawara berarti tujuh hari, yang mencakup hari-hari dalam seminggu, sedangkan Pancawara berarti lima hari, yang mencakup lima hari Pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Kombinasi dari kedua sistem ini menghasilkan angka neptu yang dapat digunakan untuk meramal atau memahami karakter seseorang berdasarkan tanggal lahir.
- Kamarokam: Ini adalah sistem yang lebih kompleks yang melibatkan perhitungan berdasarkan neptu dari hari lahir dan hari Pasaran. Dalam sistem ini, setiap hari dan pasaran memiliki nilai neptu tertentu yang kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan angka akhir.
Ketiga sistem tersebut digunakan oleh orang Jawa untuk berbagai keperluan, seperti meramal nasib, menentukan hari baik untuk melakukan suatu kegiatan, atau memahami karakter seseorang berdasarkan tanggal lahirnya. Perbedaan dalam metode perhitungan ini mencerminkan keberagaman budaya dan tradisi yang ada dalam masyarakat Jawa.
Hari pasaran, terdiri dari lima hari dengan urutan nama: Kliwon (Kasih), Legi (Manis), Pahing (Jenar), Pon (Palguna), Wage (Cemengan). Nama lima hari tersebut diambil atau berasal dari nama lima roh. Nama-nama roh tersebut adalah Batara Legi, Batara Pahing, Batara Pon, Batara Wage, Batara Kliwon. lima hari pasaran tersebut pada hakikatnya mengambil dari nama jiwa manusia yang disebut "Sedulur Papat Lima Pancer", dari hal itu kalangan masyarakat Jawa sampai sekarang mempercayai adanya naluri ataas penggunaan nama lima pasaran tersebut untuk dijadikan titikan bagi perangan seseorang menurut hari pasaran kelahirannya. Menurut kepercayaan Jawa, setiap manusia memiliki empat saudara spiritual yang menyertai mereka sejak lahir yaitu yang disebut "Sedulur Papat (Empat Saudara Spiritual)" Empat saudara ini hadir sejak proses kelahiran dan terus menemani seseorang sepanjang hidup. Mereka diidentifikasi dengan elemen-elemen yang terkait dengan proses kelahiran:
- Kakang Kawah: Air ketuban, yang keluar pertama kali saat kelahiran.
- Adhi Ari-Ari: Plasenta, yang dianggap sebagai saudara spiritual penting yang melindungi bayi selama dalam kandungan.
- Getih: Darah yang keluar selama proses kelahiran.
- Puser (Tali Pusat): Tali pusat yang menghubungkan bayi dengan ibunya.
Sedangkan, Lima Pancer yaitu pusat atau inti, yang merujuk pada diri individu itu sendiri. Pancer mewakili pusat keberadaan, yaitu manusia itu sendiri yang berada di tengah-tengah keempat saudaranya. Letak sedulur papat ini sejalan dengan arah kiblat manusia Jawa juga.
Sejak zaman dahulu hingga saat ini perhitungan weton sangat penting bagi orang Jawa terutama saat akan melaksanakan suatu acara penting seperti pernikahan, pindah rumah, dan lain-lain. Umumnya, weton digunakan untuk menentukan tanggal yang baik untuk pelaksanaan acara tersebut menghindari hari yang dianggap membawa peruntungan buruk. Karena digunakan untuk menentukan keputusan penting, maka cara menghitung weton tidak bisa dilakukan sembarangan. Biasanya perhitungan weton diserahkan kepada orang yang dituakan dan dianggap memiliki cukup ilmu untuk melakukannya.
Why: Pentingnya Manajemen Waktu Weton dalam Pengendalian Diri dan Penetuan Hari Baik Bagi Masyakarat Jawa.