Mohon tunggu...
Gina Rahma Juliana
Gina Rahma Juliana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Kuningan

Membaca dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan sebagai Kunci Menangkal Intoleransi dan Hoaks di Era Digital

17 Januari 2025   16:57 Diperbarui: 17 Januari 2025   16:57 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat menghadapi masalah baru yang rumit di era digital yang serba cepat dan terhubung seperti saat ini. Salah satu masalah terbesar adalah intoleransi dan penyebaran hoaks, yang dapat mengancam persatuan bangsa. Tantangan ini menjadi semakin penting di Indonesia karena agama, budaya, dan suku yang beragam. Pendidikan, khususnya pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), sangat penting untuk membentuk generasi muda yang mampu menghadapi tantangan ini.

Intoleransi merupakan sikap tidak menghormati perbedaan yang ada di tengah masyarakat, baik itu perbedaan agama, budaya, maupun pandangan politik. Di era modern, intoleransi sering muncul dalam bentuk kebencian , atau kebencian , yang disebarkan melalui media sosial. Hal ini dapat menyebabkan konflik sosial yang mengancam nilai-nilai kebhinekaan yang membentuk identitas bangsa Indonesia.

Sebaliknya, hoaks atau berita palsu telah menjadi ancaman besar bagi masyarakat. Media sosial memungkinkan hoaks menyebar lebih cepat daripada informasi yang benar. Masyarakat mudah terpancing oleh hoax tanpa verifikasinya karena seringkali disertai dengan narasi provokatif yang dapat memancing emosi masyarakat. Disinformasi yang merusak kesatuan sosial dan bahkan ancaman stabilitas nasional dapat muncul sebagai hasil dari kombinasi hoaks dan intoleransi ini.

Pendidikan memainkan peran strategis dalam memerangi diskriminasi dan hoaks, terutama melalui peningkatan kesadaran kritis. Pada hal ini, mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berfungsi sebagai wadah penting untuk menginternalisasi nilai-nilai persahabatan seperti toleransi, persatuan, dan penghargaan terhadap perbedaan. PPKn juga mengajarkan siswa untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Penguatan literasi digital adalah metode yang dapat digunakan dalam pendidikan. Literasi digital bukan hanya kemampuan untuk menggunakan teknologi; itu juga melibatkan kemampuan untuk menyalakan dan menganalisis data yang diterima. Mahasiswa, sebagai agen perubahan, perlu dilatih untuk memiliki kemampuan berpikir kritis, sehingga mereka dapat memilah mana informasi yang benar dan mana yang beredar. Melalui pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah (problem-based learning), dosen dapat mendorong mahasiswa untuk berdiskusi, menganalisis kasus, dan menemukan solusi terhadap isu-isu intoleransi dan hoaks yang berkembang di masyarakat.

Selain membangun kesadaran kritis, pendidikan juga berperan dalam menginternalisasi nilai-nilai toleransi melalui karakter pendidikan . Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk individu yang memiliki integritas moral, rasa empati, dan menghargai perbedaan . PPKn dapat mengajarkan nilai-nilai ini melalui simulasi, diskusi kelompok, atau kegiatan sosial yang melibatkan interaksi antar individu dari berbagai latar belakang.
Dosen, misalnya, dapat mengajak mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian masyarakat di daerah dengan banyak keberagaman. Interaksi langsung membantu mahasiswa memahami dan menghargai perbedaan yang ada. Ini membantu mereka menjadi lebih toleran dan tidak mudah terprovokasi oleh cerita atau hoaks yang tidak masuk akal yang tersebar di media sosial.

Tantangan intoleransi dan hoaks tidak hanya menjadi persoalan di tingkat nasional, namun juga di tingkat global. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu membekali peserta didik dengan pemahaman yang luas tentang isu-isu global, seperti multikulturalisme, perdamaian dunia, dan hak asasi manusia. Melalui pendidikan yang inklusif, siswa dapat diajak untuk melihat keberagaman sebagai kekuatan, bukan ancaman. Selain itu, dalam menghadapi era digital yang terus berkembang, pendidikan juga perlu mengintegrasikan teknologi sebagai media pembelajaran. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Sebagai contoh, dosen dapat memanfaatkan platform digital untuk memberikan simulasi atau studi kasus terkait fenomena hoaks dan intoleransi, sehingga mahasiswa dapat belajar dari situasi nyata yang terjadi di masyarakat.

Sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa memiliki tugas besar untuk menjadi agen perubahan dengan memerangi diskriminasi dan hoaks. Diharapkan mahasiswa dapat menjadi teladan bagi masyarakat dengan menjadi toleran dan kritis terhadap informasi melalui pendidikan yang mereka terima. Dalam kehidupan sehari-hari, mahasiswa dapat berkontribusi dengan menyebarkan informasi yang benar, mengajarkan orang lain tentang pentingnya toleransi, dan melaporkan konten hoaks atau kebencian kepada pihak yang berwenang. Selain itu, mahasiswa dapat menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan cerita positif yang mendukung persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka dapat menjadikan konten edukatif yang menginspirasi masyarakat untuk menjadi lebih toleran dan bijak dengan menggunakan media sosial dengan cara yang kreatif dan inovatif.

Melalui pendidikan yang berkualitas dan relevan, Indonesia memiliki peluang besar untuk membentuk masyarakat yang toleran, kritis, dan cerdas dalam menghadapi tantangan di era digital. Dengan fokus pada internalisasi nilai-nilai Pancasila, mata kuliah PPKn dapat menjadi sarana penting untuk melahirkan generasi muda yang mampu menjaga keseimbangan sosial dan memperkuat integrasi nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun