kesal, dongkol bercampur marah, saat melihat perilaku beberapa pejabat ataupun aparat di negeri ini. Sangat sedikit dari mereka yang mampu memberi keteladanan pada kita, dan parahnya lagi banyak dari kita yang meniru perilaku-perilaku yang cenderung berbau arogansi. kira-kira apa sih sebenarnya fungsi dan tugas aparat? Salah satu contohnya, kepolisian, slogan mereka adalah “melayani masyarakat”, sedangkan TNI secara umum memiliki tugas menjaga kedaulatan bangsa dan Negara. Tetapi rasanya fakta yang terjadi tidak demikian, justru yang tampak adalah arogansi ketika melakukan pelayanan. saya sangat merasa risih dengan hal ini, dan sangat menyayangkan ketika ada masyarakat yang mencontohnya, misalnya:
1.Memecah kemacetan dengan klakson, dan sirine.
Suatu saat, saya mengikuti kegiatan kemahasiswaan diluar daerah dengan menggunakan truk TNI, sebagai sarana kendaraan untuk mengangkut peserta. Maklum karena mobil TNI, pastilah supirnya juga seorang anggota TNI, dengan ringan tangannya membunyikan klakson mobil truk seukuran Truk Fuso, untuk memaksa kendaraan yang berada di depannya untuk minggir. Saya sebagai penumpang sangat merasa terganggu dengan sikap itu, sampai-sampai ada sahabat saya yang berceloteh
“kayaknya banyak ya yang doain TNI, tapi doainnya doa yang jelek,…hehehe”
Ya terang aja udah tahu jalanan macet, tetep aja maksa supaya bisa jalan duluan, gondok nggak tuh?
Kejadian lainnya ketika saya mengendarai motor, dari arah belakang, terdengar suara sirine motor polisi yang berusaha memecah kemacetan agar kendaraan yang dikawalnya dapat melintas tanpa hambatan. Serius deh…bener-bener tindakan yang sewenang-wenang, sebaiknya pejabat-pejabat kita juga merasakan akibat kebijakan mereka yang kurang tepat. Mereka meminta masyarakat agar menggunakan kendaraan umum, sementara dengan santai mereka menggunakan kendaraan mewah, sampai pengawalan VVIP. Tapi ada untungnya juga, sebagian dari kita kadang mengekor dibelakang mobil pejabat agar bisa melintas dengan lancar.
Yang ditiru:
Beberapa dari kita mungkin ada yang hobi touring, pakai motor kecil ataupun besar, dan ketika touring ini diwarnai dengan sikap arogansi kelompok, maka mereka pun melengkapi motornya dengan klakson dan sirine seperti aparat, supaya pengendara yang lain minggir. Setahu saya, untuk kepentingan itu perlu ada izin dari aparat kepolisian, dan jika izin itu resmi ada aparat kepolisian yang mengawal. Tetapi sebagian dari kita “membeli arogansi aparat” itu dengan menggunakan klakson yang mirip dengan kendaraan aparat. Coba banyangin, itu sudah mengganggu hak pengguna jalan lainnya.
2.Memasang stiker aparat.
Lagi-lagi suatu sikap yang membuat mupeng (muka pengen), tapi sebenernya memalukan. Kadang kita merasa bahwa kita bisa berlindung dibalik arogansi aparat kita. Tidak jarang, banyak dari kita yang memiliki keluarga TN atau POLRI, apakah ayah, sepupu, kakak tidak akan melewatkan peluang untuk menggunakan image aparat untuk memuluskan kepentingannya. Sampai-sampai sekarang banyak kita temukan beberapa fenomena, misalnya memasang stiker berlogo TNI di kendaraan Pribadi, supaya apa? Supaya dianggap anggota TNI atau POLRI, dan sayangnya benda-benda bernada atribut aparat ini banyak dijual bebas.
Sampai-sampai aparat sendiri harus melakukan penertiban terhadap perilaku menyimpang ini. Sebegitu berpengaruhkah, penggunaan atribut itu? Saya pribadi tidak akan mempedulikannya, bagi saya ketika kita berada di ruang publik, maka hak kita sebagai warga Negara adalah sama tidak memandang apakah ia pejabat atau aparat, yang jelas perilakunya harus merakyat. Inilah yang sangat jarang di negeri ini.
maka, sekarang apakah kita akan menjadi bagian dari masyarakat yang memberi teladan dalam kehidupan bermasyarakat, atau "membeli arogansi aparat" lalu meniru keteladanan mereka dalam menunjukan arogansinya, silahkan memilih
Aditia Ginantaka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H