Mohon tunggu...
Ginanjar Hambali
Ginanjar Hambali Mohon Tunggu... Guru - Guru Ekonomi

Saya mengajar di SMA. Selain aktivitas mengajar, sesekali saya menulis, dan sering berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dilema dan Bujukan Moral

21 Februari 2024   23:36 Diperbarui: 21 Februari 2024   23:40 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sebagai institusi moral, sekolah memiliki tangungjawab menyemai nilai-nilai kebajikan bagi peserta didik, segala keputusan yang diambil, terutama oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran haruslah dipertimbangkan dengan matang.

Seperti tertulis dalam Modul 3.1 Pendidikan Calon Guru Penggerak, dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan atau sering disebut dengan dilema etika. Sebagai contoh; seorang murid yang berprestasi dibidang olahraga, rajin belajar, dan menunjukan sikap yang sopan, namun, memiliki kelemahan dibidang matematika.

Melihat prestasi dibidang olahraga, murid tersebut diyakini akan lolos seleksi masuk perguruan tinggi yang diimpikannya, namun, bagaimana dengan nilai matematikanya yang bisa membuat murid gagal diterima? Terkadang, membuat pengecualian untuk masa depan murid sesuatu yang juga benar. Rasa hormat kepada keadilan, dipinggirkan oleh rasa kasihan.

Kasus kedua benar dan salah atau bujukan moral. Orang tua yang menjalin hubungan baik dengan guru, sering berkomunikasi dengan pihak sekolah. Suatu hari meminta kebijaksanaan pihak sekolah agar nilai anaknya dirubah, dengan alasan nilai rapot akan digunakan untuk mengajukan beasiswa. Bila nilai anak tersebut dirubah oleh guru karena kedekatan orang tua dengan guru, tentu perbuatan salah karena guru harus memalsukan nilai. Benar, bila guru tetap memberikan nilai sesuai dengan aturan dengan konsekuensi orang tua menjadi kecewa.

Kasus yang lain, misalnya, pada suatu hari, kita menemukan seorang guru yang memarahi dan menjemur peserta didik. Seringkali guru merasa tidak enak hati kalau mau mengajak guru yang menghukum peserta didik tersebut, untuk berbicara menjelaskan bahwa melakukan kekerasan kepada anak salah, dan apalagi melaporkan perbuatan guru tersebut kepada Kepala Sekolah.

Lebih luas lagi, apa tindakan kita sebagai guru, bila melihat praktik yang salah, namun telah berlangsung lama dan menjadi kebiasaan di sekolah, misal, makan-makan memanfaatkan uang sisa kegiatan, dan atau praktek yang lebih besar lagi?

Rushwarth M. Kidder (1995) seperti yang tercantum dalam  Modul 3.1 Pendidikan Calon Guru Penggerak menyatakan 9 langkah yang dapat dilakukan dalam pengambilan dan pengujian keputusan; Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, Menentukan siapa yang terlibat, Kumpulkan fakta-fakta yang relevan, Pengujian benar dan salah (uji legal, uji regulasi/standar profesional, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola), Pengujian benar lawan benar, Melakukan prinsip resolusi, Investigasi opsi trilema, Buat keputusan, Refleksikan.

Sebagai guru, apapun keputusan yang kita ambil hendaknya didasarkan dengan penuh rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, dan berpihak kepada murid. Dalam mengambil keputusan baik dalam situasi dilema etika dan atau bujukan moral, seorang pemimpin harus memastikan apakah keputusan yang akan diambil telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun