Pendidikan adalah kunci dalam membangun generasi yang mampu bersaing dan berkontribusi terhadap kemajuan bangsa. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak sekolah di berbagai daerah yang belum memiliki fasilitas yang layak. Kondisi ini kerap memunculkan kritik dari berbagai kalangan, mulai dari pemerhati pendidikan, orang tua, hingga siswa itu sendiri, yang merasakan langsung dampak dari minimnya fasilitas.
 Kesenjangan yang terjadi antara daerah perkotaan dan pedesaan menjadi salah satu isu utama. Di kota-kota besar, fasilitas sekolah umumnya jauh lebih lengkap dan advanced. Sekolah-sekolah dilengkapi dengan laboratorium, perpustakaan yang memadai, akses web, serta ruangan belajar yang nyaman. Sebaliknya, di banyak daerah pedesaan, fasilitas pendidikan seringkali sangat terbatas. Tidak sedikit sekolah yang masih menggunakan gedung dengan kondisi rusak, minim peralatan belajar, bahkan ada yang tidak memiliki latrine atau sumber discuss bersih.
 Selain itu, keterbatasan jumlah master yang berkualitas juga menjadi salah satu faktor yang memperparah situasi. Di daerah terpencil, jumlah master seringkali tidak mencukupi, dan para master yang ada play on words tidak selalu mendapatkan pelatihan yang memadai untuk terus meningkatkan kemampuan mengajarnya. Kondisi ini memperburuk kualitas pendidikan yang diterima oleh siswa, khususnya mereka yang tinggal di wilayah-wilayah yang sulit diakses.
Minimnya fasilitas seperti laboratorium, alat peraga, hingga perangkat teknologi informasi juga menjadi masalah krusial. Di time advanced seperti sekarang, akses terhadap teknologi dan informasi seharusnya menjadi bagian penting dari proses pendidikan. Namun, banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, masih belum tersentuh teknologi advanced. Padahal, kemampuan dalam menggunakan teknologi merupakan keterampilan dasar yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja masa depan.
 Kritik terhadap kurangnya fasilitas pendidikan yang layak seringkali mengarah pada kebijakan anggaran pemerintah. Meski alokasi dana untuk pendidikan sudah diatur dalam undang-undang, pelaksanaannya di lapangan tidak selalu sesuai harapan. Dana pendidikan yang seharusnya digunakan untuk memperbaiki infrastruktur dan fasilitas seringkali tersendat, baik karena masalah birokrasi, korupsi, atau ketidakmerataan distribusi anggaran.
 Sebagai kesimpulan, kurangnya fasilitas pendidikan yang layak bukan hanya berdampak pada proses belajar mengajar, tetapi juga pada masa depan siswa yang seharusnya mendapatkan hak pendidikan secara penuh. Pemerintah perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan pendidikan, dengan fokus pada pemerataan fasilitas, peningkatan kualitas master, dan penyediaan akses teknologi yang memadai. Tanpa upaya perbaikan yang serius, kesenjangan dalam kualitas pendidikan akan terus melebar, dan generasi mendatang akan kesulitan untuk mencapai potensi maksimal mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H