Selanjutnya, untuk drama ibu-anak ini cukup menggambarkan drama orang Indonesia pada umumnya. Aku menikmati seberapa relate tulisan penulis tentang ini terutama ketika kemudian pembaca akhirnya tahu alasan si ibu begitu keras didikannya terhadap Katia. Selalu ada alasan di balik suatu tindakan. Satu layer dari novel ini yang memuaskanku karena dapat fokus selesai sampai akhir.
Dan yang terakhir, hal yang cukup krusial dalam novel metropop yaitu kisah cinta sang pemeran utama. Aku enggak tau apakah ini jadi kekurangan atau kelebihan, namun sebagai penikmat novel genre romance, porsi yang diberikan sangat tanggung. Aku masih jauh menikmati Home Sweet Loan karena walau dengan porsi kecil romance namun hint akan ada benih cinta itu ada dari awal novel sampai akhir.
"Salah satu hal paling menyenangkan adalah berbagi ruang dengan yang membuat nyaman."
Sedangkan di Agensi Rumah Tangga, kisah Kafka dan Katia enggak terlalu kentara. Katia yang punya yayasan penyalur pembantu rumah tangga harus membereskan masalah pembantunya dengan cara menjadi pembantu subtitusi di rumah Kafka. Disini pengambilan ceritanya unik sekali.
Namun dalam membangun perasaan Kafka sampai jatuh cinta, paling tidak dalam kasus di novel, itu perlu lebih banyak hint dan sinyal yang kuat bahwa pemeran utama wanita akan ada romansa dengan seseorang. Setelah Katia enggak lagi jadi pembantu di rumah Kafka pun mereka hampir enggak pernah ketemu lagi.
Jadi apakah romansa hanya jadi tambahan untuk memenuhi prasyarat novel metropop atau memang adegan penting di dalam buku ini?
Secara keseluruhan, aku masih bisa menikmati ceritanya. Saranku, mungkin harusnya bisa lebih dari 300 halaman sih untuk bagian alur cerita yang banyak ini agar enggak tanggung ceritanya. Satu hal yang kupetik dari buku ini: CARI DUIT SUSAH!
Dari 1-5 aku akan memberi 3.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H