Mohon tunggu...
Gina Magfirah
Gina Magfirah Mohon Tunggu... Lainnya - Book Reviewer

Seorang polymath yang cinta novel kelas menengah (bukan kelas berat).

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review "Memburu Muhammad" [Ngeracun]

24 Februari 2022   12:59 Diperbarui: 24 Februari 2022   13:06 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tapi, mengatur-atur dan melarang-larang perempuan adalah pilihan yang selalu lebih mudah ketimbang bersusah-susah mengatasi persoalan yang sebenarnya." - Bab 5: Pengincar Perempuan Tuantu

Judul: Memburu Muhammad

Penulis: Feby Indirani

Halaman: 224 Hal (2020)

Sinopsis

"Mungkin bisa ada ratusan Muhammad baru di kelurahan ini saja, Bapak yakin ingin menemukan satu Muhammad?"

"Ada cara untuk membuatnya lebih mudah, kah? Katanya ini zaman serbacanggih, orang kuno seperti aku tidak mengerti! Siapa di sini yang bisa menggunakan benda terang bercahaya itu, yang bisa memberikan jawaban?"

Kumpulan cerpen MEMBURU MUHAMMAD adalah yang kedua dari trilogi Islamisme Magis karya Feby Indirani, setelah BUKAN PERAWAN MARIA yang telah keliling berbagai kota di Indonesia, hingga mancanegara: Italia, Belanda, Jerman, Belgia, dan Inggris.

Kumpulan cerita baru ini menggelitik, menyusup masuk ke sari pati keberagamaan masa kini. Aneka rupa tema dan cerita---suara dari alam kematian yang menggemparkan kampung di Jakarta, kiai yang hidup kembali setelah wafat, dilema bakso terenak di dunia, pelukis yang ingin melukis Tuhan, malaikat yang mencintai dengan pedih, negeri Tuantu yang dilanda mitos dan pandemi, juga seorang yang mengaku musuh Nabi menyandera petugas kelurahan. Jenaka, juga mengharukan. 

Ngeracun

[hanya untuk orang-orang yang oke dengan spoiler]

Sebenarnya aku termasuk orang yang jarang membaca kumcer (kumpulan cerpen), tapi karena banyaknya ulasan-ulasan baik akhirnya mampu menarik minatku untuk membaca kumcer Feby yang juga aktivis perempuan ini. Sebelum membaca pun aku sempat mendengarkan podcast-podcast yang mengundang Feby yang membahas keseharian beliau dan kerangka kepenulisannya. 

Ketika banyaknya disclaimer mengenai buku yang bisa banyak tafsir dan mengundang kritik seperti menistakan agama ini, entah kenapa aku merasa... apa ada yang salah dengan buku ini? Di bagian mananya yang mengandung menistakan? Malah buku ini brilian sekali karena membangkitkan pertanyaan-pertanyaan di diriku.

Kenapa bisa membangkitkan banyak pertanyaan? Karena disajikan dengan open ending. Semuanya cerpennya seperti sebuah potongan atau kepingan suatu adegan dengan tafsiran yang bisa berbeda tiap individunya. 

Pada kenyataannya memang kita seringkali takut mempertanyakan hal sensitif seperti agama, Feby menggunakan pendekatan yang membuat kita bertanya-tanya hal yang sesensitif agama terhadap sesuatu yang sebenarnya bersifat keseharian. 

Jadi, yang diangkat sederhana, tapi dengan makna kuat karena yang disenggol adalah keyakinan kita sendiri terhadap ketuhanan dan kemanusiaan. Yah... bisa dibilang membuat pembaca akan meninjau ulang akidah-nya sendiri.

"Apakah kalian tidak melakukannya karena takut masuk neraka atau karena hal tersebut buruk bagi kalian? Apakah kalian melakukan sesuatu untuk mendapatkan cinta Allah atau karena takut pada ancaman neraka?" - Bab 6: Hidup Kedua Kiai Zahid

Setiap cerpennya selalu dikaitkan terhadap unsur magis, sehingga menawarkan sudut pandang baru. Lekat dengan tradisi dan mitologi islam di Indonesia. Ini menurutku cukup menggelitik, karena sarat akan kritik terhadap orang-orang yang lebih mengutamakan hal bersifat simbolik daripada memperkaya ilmunya sendiri. Shallow-minded lah istilahnya.

Ada beberapa cerita menarik yang cukup membekas bagiku, seperti Pengincar Perempuan Tuantu yang mengisahkan perempuan harus 'dikerangkeng' agar terhindar dari The Beast yang mengincar para perempuan alih-alih memburu The Beast itu sendiri. 

Selain itu Merebut Jenazah, tentang perebutan jenazah antar orang tua yang berbeda agama, ayahnya menginginkan pemakaman anak perempuannya secara islam sementara ibunya menganggap anaknya telah memilih menjadi kristen sehingga wajar dimakamkan dengan kristen. Oh ya, ada lagi. 

Judulnya Rumah Hef yang melibatkan percakapan di kematian antara Ihsan yang berjihad (berperang) untuk menegakkan islam dengan Hef, pendiri majalah porno. Ihsan terus-terusan mempertanyakan apakah ia berada di surga atau neraka karena seharusnya ia sekarang berada di surga, tapi malah ada Hef yang dianggapnya seorang pendosa.

"Iya... tapi... tapi ini tidak adil! Seumur hidupmu kau telah mengalami semua kenikmatan: perempuan, kekayaan, kemasyhuran. Sementara aku... aku mesti berjuang keras menahan syahwatku, mati-matian berdarah di medan perang... Ini tidak adil!" - Bab 16: Rumah Hef

Setiap cerpennya memiliki jumlah halaman yang berbeda-beda dan dari aku sendiri ada beberapa cerpen yang belum bisa ku maknai atau ku mengerti tujuannya ke arah mana. Aku anggap ini sebagai keterbatasan seorang pembaca. Tapi secara keseluruhan, kumcer ini begitu menyegarkan. Mungkin aku harus membaca yang bagian pertama yaitu Bukan Perawan Maria untuk melengkapi pengalamanku.

Bagi kalian yang ingin mencoba mempertanyakan lebih dalam akidah kalian sendiri, sila rasakan sendiri sensasinya membaca Memburu Muhammad.

Dari 1-5 aku akan memberi 4.0.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun