"...Mungkin karena, ya itu, mereka seperti kamu, takut dibilang sok moralis. Mereka lebih suka memilih hanyut dalam arus kecendrungan pragmatis."
Judul: Bekisar Merah & Belantik
Penulis: Ahmad Tohari (1993)
Halaman: 312 Hal
Sinopsis
Bekisar adalah unggas elok, hasil kawin silang antara ayam hutan dan ayam biasa yang sering menjadi hiasan rumah orang-orang kaya. Dan, adalah Lasi, anak desa yang berayah bekas serdadu Jepang yang memiliki kecantikan khas—kulit putih, mata eksotis—membawa dirinya menjadi bekisar di kehidupan megah seorang lelaki kaya di Jakarta, melalui bisnis berahi kalangan atas yang tak disadarinya.
Lasi mencoba menikmati kemewahan itu, dan rela membayarnya dengan kesetiaan penuh pada Pak Han, suami tua yang sudah lemah. Namun Lasi gagap ketika nilai perkawinannya dengan Pak Han hanya sebuah keisengan, main-main.
Hanya main-main, longgar, dan bagi Lasi sangat ganjil. Karena tanpa persetujuannya, Pak Han menceraikannya dan menyerahkannya kepada Bambung, seorang belantik kekuasaan di negeri ini, yang memang sudah menyukai Lasi sejak pertama melihat wanita itu bersama Handarbeni. Lasi kembali hidup di tengah kemewahan yang datang serba mudah, namun sama sekali tak dipahaminya. Apalagi kemudian ia terseret kehidupan sang belantik kekuasaan dalam berurusan dengan penguasa-penguasa negeri.
Di tengah kebingungannya itulah Lasi bertemu lagi dengan cinta lamanya di desa, Kanjat, yang kini sudah berprofesi dosen. Mereka kabur bersama, bahkan Lasi lalu menikah siri dengannya. Namun kaki-tangan Bambung berhasil menemukan mereka dan menyeret Lasi kembali ke Jakarta. Berhasilkah Kanjat membela cintanya, dan kembali merebut Lasi yang sedang mengandung buah kasih mereka?
Ngeracun
[hanya untuk orang-orang yang oke dengan spoiler]
Awalnya aku sudah su'udzon dengan buku Bekisar Merah ini, karena ketika selesai membacanya, pikiranku langsung berkecamuk dengan ceritanya menggantung begitu saja. Ini tentu saja akan berakibat pada penilaianku yang jelek pada buku ini. Ah, ternyata aku membaca cetakan lama.Â
Memang seharusnya aku tabayyun dulu. Jadi Bekisar Merah ini merupakan cerita bersambung di Harian Kompas pada tahun 1993 silam dan diterbitkan menjadi sebuah buku setelahnya. Untuk cetakan sekarang sama halnya dengan Ronggeng Dukuh Paruk - Jantera Biang Lala - Lintang Kemukus Dini Hari, Bekisar Merah sudah digabung dengan Belantik.Â
Aku selalu menyukai karya Ahmad Tohari walau dengan beberapa catatan tentunya, taste beliau dalam pemilihan diksi dan cerita yang unik membuat karya beliau selalu otentik. Beliau selalu punya tempat tersendiri di hati penggemar.
Bermula di Desa Karangsoga, kehidupan masyarakat penyadap nira yang melarat dengan dinamika norma sosialnya. Karangsoga yang masih murni dan klenik ini diceritakan sebagai desa yang masyarakatnya nrimo ing pandum, akrab dengan mitos, stigma wanita dan norma kesopanan tinggi.Â