Mohon tunggu...
Gina Nuraini
Gina Nuraini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

menyukai film

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seandainya Aku Menjadi Kucing Liar

29 Oktober 2023   23:42 Diperbarui: 29 Oktober 2023   23:48 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ditengah malam yang sunyi, dikala para manusia lain sedang terlelap. Aku masih terjaga memikirkan segala kesedihan yang terjadi dalam hidup. Semakin malam pikiranku pun semakin tenggelam tak terkendali. Namun ditengah segala kegundahan, mendadak aku pun tersentak karena mendengar suara lirih kecil yang terus mengacaukan segala pikiran. Suara yang memecahkan rasa pilu menjadi rasa ingin tau. Suara yang terdengar menyedihkan namun mengandung keberanian.

Suara lirih tersebut terus menerus mencuri perhatianku. Dengan rasa ingin tahu yang kuat, akupun mulai melakukan pencarian terhadap asal suara tersebut. Hingga pada salah satu tempat, aku mulai mendengar suara tersebut menjadi semakin kuat, semakin aku mendekat semakin aku yakin akan siapa sang pemilik suara tersebut. Saat aku menghampiri sang pemilik suara, aku melihat makhluk cantik yang memiliki mata coklat yang berbinar dengan bulu putih yang agak keabuan. Dengan kaki kecilnya ia mencoba untuk memeluk kaki ku. Peristiwa singkat itu entah mengapa membuat air mataku terjatuh.

Pada saat kaki kecil itu menyentuhku, ingatan mengenai segala kesedihan yang terjadi sedikit demi sedikit mulai terlintas, hal tersebut membuatku kembali tenggelam dalam kesedihan. Namun dengan perbedaan aku memiliki seseorang yang menenangkan sekaligus mencoba untuk mengerti akan segala kesedihanku.

Munculnya peristiwa tersebut membuatku berpikir. Bagaimana jadinya jika aku menjadi seorang kucing?, Akankah aku bisa menjadi sosok pelipur lara yang menenangkan sekaligus mengerti akan keadaan seseorang ?, Mungkinkah aku akan menjadi lebih perasa jika menjadi makhluk kecil itu?. Semua pertanyaan itu terus berputar dalam pikiranku. Hingga aku mulai membayangkan diri ini menjadi seorang kucing liar yang memiliki kebebasan dalam berpikir maupun bertindak, bukankah hal tersebut terasa menyenangkan. Namun hal tersebut mulai terpatahkan, ketika kucing kecil tersebut mulai menunjukkan rasa sakit yang ia miliki.

Rasa sakit yang dalam sekejap muncul pada kucing kecil itu diakibatkan oleh rasa lapar yang tak tertahankan. Tanpa berpikir panjang akupun dengan cepat mulai memberikan makanan seadanya yang aku miliki saat itu. Dengan melihat keadaan kucing itu, akupun mulai memikirkan pemikiranku sebelumnya mengenai kesenangan hidup menjadi seorang kucing, mendadak aku mulai bertanya pada diri ini, jika menjadi seorang kucing apakah aku akan bertahan? Apakah aku bisa terus makan setiap harinya? Apakah aku akan memiliki tempat tinggal? Dan berbagai pertanyaan lainnya.

Dengan segala pemikiran tersebut membuatku tersadar. Bahwasannya Allah telah menciptakanku sebagai manusia itu sudah menjadi takdir terbaik yang Allah berikan kepadaku. Bila aku hidup sebagai makhluk lain mungkin aku tidak akan bertahan. Kucing kecil itu juga mengajarkanku artinya bersyukur. Terkadang diri ini hanya memikirkan segala kesialan yang ada tapi tidak menyadari segala rahmat yang Allah berikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun