Mohon tunggu...
Hernoer Tjahjo
Hernoer Tjahjo Mohon Tunggu... -

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Inayah

16 Oktober 2016   00:55 Diperbarui: 16 Oktober 2016   01:26 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

HP saya  berbunyi ketika saya sedang bertugas di kantor pelanggan di luar pulau. "Pak ,mohon maaf, Bapak harus pulang karena Istri bapak perlu segera dioperasi hari ini  dan ini membutuhkan tanda tangan Bapak sebagai yang berhak untuk melakukan persetujuan ini,demikian dokter berkata dan mengakhiri telponnya . Siang itu saya berangkat ke malang untuk tanda tangan dan mempersiapkan mental untuk menyongsong kelahiran anak pertama saya.

Sebenarnya istri saya baru mengandung 8 bulan ,namun sepertinya bayi ini ingin segera lahir ke dunia meski belum 9 bulan. Setelah tiba di Rumah Sakit, segera saya tandatangani perjanjian operasi dan operasi akan dilaksanakan pukul 16.00 sore ini.

Pikiran saya  hari ini berkecamuk karena ini adalah pertama kali dalam hidup menunggui calon bayi dalam kondisi yang tidak seperti umumnya ditambah dengan istri yang mempunyai riwayat darah tinggi. "Ning nang ya Pak,biar pening namun tetap harus tenang " demikian kata salah satu pelangganku .

Sekitar pukul 16.00 saya sudah standby duduk diruang yang dekat dengan ruang operasi. Banyak yang bilang kalau bayi umur 7 bulan itu matang, namun setelah masuk 8 bulan kembali seperti kurang matang, hal inilah yang membuat saya agak risau dengan kelahiran ini. Pukul 16.30 tampak tergopoh-gopoh beberapa suster mendorong meja beroda ke suatu tempat.Mertua saya berteriak " itu tadi anak mu Nak". Saya sempat melihat sepintas seorang bayi kecil dan mungil , mungil karena selama ini saya belum pernah melihat bayi yang lebih kecil dari bayi ini . Tidak menunggu lama saya segera bertanya kepada suster yang tadi berjalan membawa bayi itu. "Bu Suster ,apakah benar itu tadi bayi dari Ibu Ulil? "Iya Pak", jawab suster,bayinya masuk inkubator dulu ya Pak karena berat badannya terlalu kecil dan prematur. Alhamdulillah, demikian pikir saya mengetahui bahwa proses kelahiran berjalan normal.

Setelah itu saya bertanya lebih lanjut mengenai bayi saya , sementara istri saya masih belum bisa dijenguk.Ternyata berat bayi saya ini cuma 1.5 kg . Ukuran yang sangat kecil dibandingkan dengan bayi yang normal yang umumnya berat badannya diatas 2.5 kg. Saya melihat di inkubator  bayi saya nafasnya kencang seperti orang tersengal, badannya pun terlihat otot-otot kebiru-biruan dan banyak kabel-kabel yang tersambung dibadannya. Saya tidak membayangkan andaikata istri saya sudah pulih dan bisa berjalan pasti tidak akan tega melihat bayinya dalam kondisi seperti itu. Untunglah Allah sudah menyiapkan skenario seperti itu, istri saya masih belum bisa pulih setelah operasi sehingga belum bisa menengok bayinya.

 Selanjutnya saya membaca literatur mengenai aqiqah, ini penting karena saya pernah mendengar bahwa seorang bayi itu seperti barang gadaian, kalau belum diaqiqohi. Kendalanya adalah bagaimana kalau bayi tersebut tidak berumur lama mengingat situasinya masih belum kondusif. Dari literatur yang saya baca,ada yang menyatakan bahwa aqiqoh itu bisa menjadi obat juga bagi yang sakit,hal ini menurut saya wajar,karena ketika kita melakukan aqiqah maka artinya kita bersedekah dan ketika bersedekah maka bala' atau musibah kan terusir. Beberapa hari setelah operasi kelahiran ,istri saya masih belum bisa berdiri sehingga masih belum bisa menengok bayinya,saya  juga masih siaga dirumah sakit untuk mendapatkan kabar terkini dari bayi saya. Pada suatu malam suster mengajak saya berbicara. 

"Pak, jika nanti terjadi sesuatu yang tidak diharapkan  dengan anak bapak ,maka kami sampaikan bahwa kami sudah berbuat seoptimal mungkin yang kami bisa",kami akan terus merawat anak bapak semampu kami , kami sampaikan hal ini diawal agar bapak mempunyai kesiapan mental dari sekarang dan tidak mempermasalahkan hal ini dikemudian hari jika terjadi apa-apa dengan anak bapak." 

demikian suster itu berbicara kepada saya,dipilihnya waktu malam hari agar cuma saya yang tahu . Saya lalu mengiyakan apa yang disampaikan suster tadi,saya sangat paham dengan maksud pembicaraan tadi. Saya kemudian berpikir, manusia memperhitungkan namun Allah lah yang Maha Kuasa untuk menentukan. 

Saya masih ingat dulu Ustadz saya pernah bilang, bahwa hukum peristiwa didunia ini ada 2 macam, yang pertama disebut sunnatullah,atau hukum Allah yang sifatnya wajar dan sudah berlakuk sebagaimana umumnya, misalnya hukum gravitasi yang menyebabkan segala benda jatuh kebawah. Ada satu hukum yang disebut qudratullah atau kehendak Allah, kalau qudratullah ini terkadang melampaui aturan-aturan sunnatullah dengan kehendak atau ijin Allah. Contoh qudratullah adalah kemenangan  pahlawan-pahlawan kita yang bisa mengusir penjajah padahal dengan senjata bambu runcing. Saya berharap juga terjadi qudratullah dengan bayi saya ini. Akhirnya hampir tiap malam saya bermunajat, membisikkan doa kepada Allah yang berkuasa atas segala sesuatu, saya mengetuk-ngetuk pintu langit agar tercurahkan rahmat Allah khususnya kepada anak saya ini. 

Pada hari ke 6 ,istri saya sudah mulai bisa berjalan dan bisa menengok bayinya yang masih tergolek di inkubator,saya tahu bahwa bayi yang prematur perlu masuk inkubator karena memang bayi seperti itu lahir dengan kondisi fisik yang belum matang organnya. Sebagaimana yang saya duga sebelumnya,istri saya terisak melihat kondisi bayinya yang badannya kecil, urat-uratnya kelihatan dan juga banyak selang masuk ke tubuhnya. Tepat hari ke 7 meski bayi saya masih ada di inkubator, rencana melakukan aqiqah tetap dilangsungkan , meski pada umumnya ketika aqiqah bayi di gendong untuk dipotong rambutnya dan  diputarkan ke pengunjung aqiqah.

 Oh ya,  memberikan asupan ASI, istri saya menyiapkan asi yang diperas dengan alat peras, untuk kemudian dibawa ke rumah sakit dan diberikan ke bayi,demikian hari demi hari dilalui sampai akhirnya pada hari ke 21 bayi tersebut sudah boleh dibawa pulang. Alhamdulillah bayi ini sehat dan saat ini sudah berusia 13 tahun tanpa kurang suatu apapun. Saya beri nama Inayah waktu itu sebagai pengingat dan saya sampaikan kepada anak ini kelak bahwa  hidupnya adalah hadiah berupa pertolongan Allah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun