Saat ini banyak sekali suara atau tulisan yang mengungkapkan bahwa selama ini kita belum merdeka. Narasi semacam ini menjamur saat memanasnya kontestasi politik belakangan ini. Kita tentu masih ingat dengan kata dijajah "asing" dan "aseng" yang begitu ramai dibicarakan banyak orang.
Belum lama ini narasi belum merdeka juga mulai muncul di dunia pendidikan. Permasalahan pembelajaran jarak jauh (PJJ) menjadi salah satu sasaran utama narasi belum merdeka. Tidak tanggung-tangung, narasi belum merdeka bahkan diungkap oleh oleh tokoh-tokoh besar yang disegani banyak orang.Â
Melihat perjuangan dan perjalanan panjang meraih kemerdekaan yang dilakukan oleh para pendahulu, seharusnya kita malu jika permasalahan yang saat ini kita hadapi dinarasikan sebagai keadaan belum merdeka. Para pahlawan dan bapak-bapak bangsa tentu akan menangis melihat hal ini jika mereka masih hidup saat ini.Â
Sebagai bangsa yang telah merdeka dengan kemerdekaan yang tidak gratis dari pemberian negara lain, sudah sepatutnya kita bangga! Harga yang sangat mahal dari kemerdekaan yang kita alami saat ini seharusnya menjadi kekuatan kita menghadapi permasalahan yang saat ini kita hadapi, bahkan permasalahan yang akan muncul dimasa depan.
Musuh kita saat ini bukan asing atau aseng. Musuh dihadapi saat ini adalah narasi-narasi bahkan kebohongan-kebohongan yang membuat masyarakat kelihangan rasa bangga atau cinta terhadap bangsanya. Tugas generasi kita saat ini adalah membangun dan mengisi kemerdekaan yang telah diwariskan para pendahulu kita.
Untuk mengisi dan membangun kemerdekaan kita harus mempunyai rasa bangga dan rasa syukur atas kemerdekaan yang telah kita peroleh hari ini. Tanpa rasa bangga dan rasa syukur atas kemerdekaan yang diraih kita tentu tidak mempunyai gairah dan keberanian untuk mengisi dan membangun kemerdekaan. Â Â
Inilah yang menjadikan perjuangan kita saat ini lebih berat daripada para pendahulu kita. Musuh para pendahulu atau orang atau kekuatan yang kelihatan mata. Akan tetapi musuh kita saat ini adalah sesuatu yang tidak nampak dan bahkan muncul dari dalam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H