Labuan bajo sering dijuluki sebagai gerbang menuju keindahan Pulau Flores, mempesona setiap pengunjung dengan scene alamnya yang menakjubkan. Terkenal dengan perairan kristalnya dan keberagaman hayati bawah laut, Labuan Bajo telah menjelma menjadi destinasi wisata yang sangat diminati dan digemari para pelancong. Namun, di tengah gemerlapnya pesona alam, terdapat satu tempat bersejarah yang juga merangkul peradaban kuno, menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi mereka yang ingin meresapi kekayaan budaya dan sejarah wilayah ini. Inilah Watu Timbang Raong, sebuah batu megalitikum yang menjadi saksi bisu perjalanan waktu di Labuan Bajo.
Dengan menaranya dan batuan raksasa di puncak, Watu Timbang Raung bukan sekadar sebatas formasi batuan fantastic; itu adalah petualangan melintasi masa lampau. Melangkah ke kawasan ini, pengunjung diundang untuk menjelajahi keunikan geologis, sejarah yang melingkupinya, dan pesona alam yang membuatnya tak terlupakan. Dalam artikel ini, kita akan membenamkan diri dalam kisah Watu Timbang Raung, merinci sejarahnya yang terkait erat dengan Labuan Bajo, serta mengeksplorasi daya tariknya sebagai destinasi wisata bersejarah yang tidak boleh dilewatkan. Bersiaplah untuk membawa diri Anda dalam sebuah perjalanan yang membawa kita ke jantung Labuan Bajo yang autentik dan mengungkap keajaiban tersembunyi dari Watu Timbang Raung.
Seperti yang kita kenal Watu Timbang Raung merupakan salah satu destinasi wisata yang dapat penulis katakan sangat super duper indah di labuan bajo. Keindahan alamnya yang mempesona sangat memanjakan mata apalagi jika dilihat dari puncak batuannya. Destinasi yang bertempat di desa kengko-Rego, kecamatan macang Pacar, Manggarai Barat ini juga memiliki sejarah yang sangatlah unik. Â Sebelum memasuki keindahan alamnya penulis akan menceritakan sedikit tentang sejarah atau asal-usul adanya Watu Timbang Raung
HIKAYAT WATU TIMBANG RAUNG
Dahulu kala ada seorang petani yang tidak mampu membayar utang padinya, sehingga pemilik padi merasa jengkel dan kesal karena sudah bertahun-tahun tidak dapat dibayar oleh petani yang berambut gondrong itu. Ia adalah seorang lelaki yang bugar dan kuat. Suatu ketika kemarahannya kepada sang petani memuncak dan tak tertahankan lagi. Ia akhirnya melaporkan si petani berambut gondrong itu kepada tua adat setempat untuk disidangkan secara adat. Namun, sidang adat itu tidak mencapai kata sepakat.
 Pemilik padi akhirnya memberi solusi. Ia mengusulkan agaar sang petani tidak perlu melunasi utangnya, asalkan petani berambut gondrong itu bersedia memanjat tebing batu hingga ke atas puncaknya. Di atas ujung bagian barat batu tersebut, ada bagian yang berbentuk seperti meja kecil atau meja kereden. Dia harus duduk di sana dan harus rono atau membersikan rambut dengan isi kelapa yang berminyak. Akhirnya tantangan itu diterima. Dengan demikian, utang padi dianggap selesai ketika si rambut gondrong selesai melaksanakan tatangan tersebut. Ketika hari yang telah disepakati telah tiba atau dalam bahasa Manggarai: Rapak Leso Reke, si rambut gondrong itu quip memanjant tebit dengan membawa Leke atau tempurung kelapa yang sudah diisi dengan kelapa yang sudah kunyah, sisir dan cermin dibawa pula. Ketika tiba di puncak ia terus ke ujung barat batu yang berbentuk meja sebagaimana disebutkan di atas. Selama memanjat tebing batu itu yang tingginya mencapai ratusan meter itu, si rambung godrong tidak mau melihat ke bawah. Pasalnya, jika dia melihat ke bawah dia akan merasa gamang, dan bisa terjatuh akibat dari gravitasi bumi. Ternyata si rambut gondrong sanggup mencapai puncak batu tersebut. Ia kemudia duduk di meja kecil atau kereden yang berada di bagian ujung barat, serta membasahi rambut dengan rono atau discuss kelapa tadi.
Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu sangat heran dan kagum dengan keberanian dan kekuatan yang dimiliki oleh petani yang berambut gondrong tersebut. Banyak pula orang yang menangis ketika menyaksikan proses pembayaran utang padi dengan cara yang 'sangat menatang' seperti itu. Begitu ia selesai membersihkan rambut dengan rono, tiba-tiba discuss matanya jatuh di kedua belah pipinya. Ia quip merasa sangat sedih dengan keadaan dirinya. Oleh karena miskin akhirnya ia tidak bisa membayar utangnya. Begitu banyak discuss matanya sehingga seperti tampak seperti sungai yang mengalir. Hingga kini di bagian bawah batu atau Watu Timbang Raung tersebut ada mata discuss. Batu itu kemudian diberi nama 'Watu Timbang Raung'. Artinya batu untuk mengadili orang yang berutang.Tentu hal ini memiliki makna yang sangat sederhana. Begitu kira-kira kisah yang sangat misterius dari 'Watu Timbang Raung' atau 'Batu Penghapus Utang'. Cerita tersebut masih dikisahkan oleh banyak orang di seluruh pelosok Manggarai Barat, terutama para milenial di Kampung Kengko Desa Rego.
WATU TIMBANG RAUNG: DESTINASI WISATA BERSEJARAH YANG WAJIB DIKUNJUNGI DI LABUAN BAJO
      Kisah menarik di atas Watu Timbang Raung juga memiliki keunikan tersendiri. Pada bagian atas dari Watu Timbang Raong, terdapat bagian batu yang berbentuk sangat unik, yakni dengan batu mirip jerigen dan corong. Batu Timbang Raong merupakan batu yang besar yang memiliki tinggi hingga puluhan meter dari lembah. Untuk mencapai batu tersebut, pengunjung harus memilih dua jalan yang paling extrem. Para pengunjung hanya harus menggunakan kaki kosong untuk bisa naik ke atas bukit. Hal ini dikarenakan keadaan di dalam Watu Timbang Raung yang juga sangat licin. Ketika memasuki bagian dalam bukit, kita akan melihat banyak pohon berakar dengan batu-batu tajam dan licin. Namun walaupun begitu, kita masih akan tetap dapat menaiki bukit, yakni dengan melewati bagian depan batu atau dari bawah mata air. Ketika sampai di pertengahan kita akan menaiki lubang untuk mencapai keatas bukit. Oleh sebab itu, para pengunjung diharapkan untuk selalu membawa tali seleng. Ketika sampai di atas bukit Watu Timbang Raung, kita akan ditawarkan dengan pemandangan alam yang menakjubkan, termasuk perpaduan perbukitan, pohon-pohon, dan langit yang memikat.
Selain itu, Keberadaan batu-batu besar dan megah dalam Watu Timbang Raong juga menjadi daya tarik tersendiri, menciptakan lanskap yang unik dan fotogenik. Â Disekitaran Watu Timbang Raong juga dikenal dengan keanekaragaman ekosistemnya, termasuk flora dan fauna yang unik. Yang terakhir ialah atmosfer tradisional desa, yakni Desa Kengko sendiri juga mempertahankan atmosfer tradisional, memungkinkan pengunjung merasakan kehidupan masyarakat lokal dan budaya setempat. Pastikan untuk merencanakan kunjungan teman-teman dengan baik dan menghormati lingkungan serta budaya setempat.
Dalam pembahasan Watu Timbang Raung, kita dapat menjelajahi kekayaan sejarah dan keunikan tempat ini. Batu-batu purba yang megah mengisahkan kisah masa lalu, menjadi saksi bisu perkembangan peradaban di Labuan Bajo. Struktur batuan yang unik dan pahatan alami menciptakan suasana mistis yang memukau pengunjung.