Mohon tunggu...
Gilig Pradhana
Gilig Pradhana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

adalah aktivis Muhammadiyah yang mengidamkan pendidikan yang revolusioner. Dulunya pernah menjadi Kepala SMK di Jember, kini mengikuti pelatihan guru di Hyogo University of Teacher's Education, Jepang. Punya rumah di www.gilig.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memupuk Kesalehan Sosial

1 Agustus 2014   09:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:42 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keshalehan Sosial antara realita dan harapan

Ali bin Abi Thalib r.a. pernah diadukan Umar r.a. kepada Rasulullah SAW karena tidak pernah mendahului mengucapkan salam. Sewaktu Rasulullah mengkonfrmasi, Ali memberi jawaban bahwa beliau ingin melihat Umar tetap menjadi sosok yang lebih mulia oleh karena itu beliau memberi kesempatan kepada Umar untuk selalu terlebih dahulu mengucapkan salam dan tidak berusaha untuk mendahului Umar dalam mengucapkan salam. Sesuai ajaran Rasul, orang yang mengucapkan salam terlebih dahulu adalah lebih mulia.

Keshalehan sosial sering diartikan sebagai sikap menyenangkan dari diri seorang muslim yang nampak dalam aktivitas interaksi sosialnya dengan masyarakat. Sikap ini yang dapat mengundang simpati orang dan penghormatan orang lain kepada dirinya. Sikap ini muncul sebagai bentuk kematangan ilmu dan kedewasaan pola pikir, tentunya harus ada landasan syariat yang mendasarinya.

[caption id="attachment_350455" align="aligncenter" width="570" caption="Islam melarang perbuatan dholim meski kepada hewan. (Sumber: gusmendem.blogspot.com)"][/caption]

Sewaktu Islam mengatakan berbaris dalam shaf untuk shalat jamaah, terbaik ada di shaf terdepan. Maka tidak jarang kita sering melihat mahasiswa (anak muda) yang melakukan 'manuver' selip sana sini untuk mengejar shaf terdepan sewaktu shalat akan dimulai sehingga tidak jarang hal itu menimbulkan rasa kurang nyaman apalagi jika yang diselip adalah orang tua. Padahal sebuah kitab fiqh menyebuntukan bahwa shaf terdepan adalah lebih mulia namun jika dalam proses mendapatkannya kita sampai menyebabkan kekacauan maka dilarang. Memberikan orang lain untuk menempati shaf terdepan dengan alasan menghindari kekacauan maka sama saja kita telah mendapatkan shaf terdepan itu walau faktanya kita tidak mendapatkannya.

Banyak lagi fakta dimasyarakat baik yang berhubungan langsung dengan aktivitas ibadah mahdlah ataupun yang berkaitan dengan muamalah, dengan alasan mengejar keutamaan, orang mengabaikan pandangan dan perasaan orang lain. Orang tidak mau mendahulukan saudaranya. Mengabaikan perasaan orang lain dll. Yang tampak berikutnya adalah sikap egois, tidak empati dan beragam penilaian lainnya.

TOLERANSI PLURALISTIS

Namun di sisi lain ada juga yang terlalu mengedepankan penilaian baik dari masyarakat umum dengan mengabaikan ketentuan syariat. saya ambil contoh dengan alasan untuk saling menghargai maka seorang muslim tidak keberatan ikut standing party padahal Islam melarang seorang muslim makan sambil berdiri. Atau mengikuti acara ibadah kebaktian umat lain dengan alasan saling menghargai.

[caption id="attachment_350454" align="aligncenter" width="500" caption="Islam bahkan mengajarkan berbuat baik kepada hewan. Sumber: sunnahcare.com"]

14068350741678683410
14068350741678683410
[/caption]

Intinya, keshalehan sosial itu penting asal dijalankan dengan batasan-batasan yang dibenarkan Islam. Keshalehan sosial itu bentuk kedewasaan dan keluasan pola pikir yang semuanya harus dibangun dari ketentuan yang sdh digariskan Islam. Keshalehan sosial adalah kunci sukses mendekatkan hati kita dengan umat sehingga menjadi kunci penting keberhasilan dakwah. Semoga para pengemban dakwah dapat menjadi shaleh secara sosial tapi tetap dalam kerangka dan ketentuan syariat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun