Tradisi menghafal ayat Kitab Suci, Firman Allah tidak luput telah menjadi kegiatan wajib setelah merenungkan khotbah kakak-kakak sekolah minggu terdahulu. Dulu, pikir saya menghafal ayat Alkitab hanyalah sebuah formalitas belaka untuk mendapatkan suatu hadiah atau keharusan mutlak sebagai peserta ibadah sekolah minggu.
Semakin bertambah usia, barulah saya menyadari bahwa tradisi menghafal ayat Alkitab sangatlah penting dalam penghayatan iman. Selagi masih hidup dan puji syukur Roh Kudus menyadarkan akan hal ini. Poin utama mengapa perlu ayat-ayat Alkitab perlu dihafalkan karena dari segi praktis.
Tidak mungkin setiap hari ditengah aktivitas (diluar waktu khusus untuk bersaat teduh) kemana-mana harus membawa Alkitab cetak atau pun membuka aplikasi Alkitab bila lagi ingin merenungkan firman Tuhan. Sambil beraktivitas yang lain harus membuka Alkitab dalam bentuk cetak atau aplikasi, untuk direnungkan karena pastilah menganggu kegiatan, sebutlah kurang praktis.
Secara teologisnya, ayat firman Tuhan (tentu ayat firman Tuhan memiliki unsur teologi) yang dihafalkan otomatis akan diingat. Sehingga firman Tuhan yang diingat itu akan terus memenuhi pikiran yang berakibat firman Tuhan itulah yang mengontrol kehidupan dalam mengambil tindakan.
Firman Tuhan yang memenuhi kehidupan, yang tidak hanya sekedar dibaca, didengar dan dihafalkan tetapi juga dilakukan sehingga tingkah laku pun sesuai apa yang Tuhan kehendaki, tidak jatuh kedalam dosa. Sama seperti Tuhan Yesus dalam kodratnya sebagai manusia, Ia menyimpan dan mengutip firman Allah dalam hidupNya dan ketika Ia dicobai, Ia pun tidak jatuh kedalam dosa.
Mazmur 119:99, 105 (TB) Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan.
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
Mazmur 119:10-11 (TB) Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.
Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.
Dengan menghafal firman Tuhan, tentunya kita mempunyai tekad untuk menyimpan janji-janji-Nya dalam hati dan terus mengingat kebaikan dan pemeliharan Allah dalam hidup ini serta menikmati persekutuan dengan-Nya disegala aktivitas kehidupan. Dallas Willard, seorang profesor Filsafat di Universitas Southern California pernah menulis, “Menghafalkan ayat Alkitab sangatlah penting untuk membentuk segi spiritual seseorang. Jika saya harus memilih satu di antara banyak bidang ilmu mengenai kehidupan spiritual, saya akan memilih menghafalkan ayat Alkitab, karena hal itu adalah hal mendasar ang diperlukan untuk memenuhi pikiran kita dengan apa yang dibutuhkan olehnya. Kitab ini tidak boleh menjauh dari mulutmu. Di sanalah kamu membutuhkannya! bagaimana hal itu bisa sampai ke mulut kita? Dengan menghafalkannya” (“Spiritual Formation in Christ for the Whole Life and Whole Person” dalam Vocatio, Volume 12, no. 2, Spring (edisi musim semi), 2001, h. 7).
Tidak selamanya menghafal ayat Kitab Suci memiliki konotasi buruk, seperti pandangan "yang terpenting adalah memahami, bukan menghafal" karena menghafal ayat Firman Tuhan itu sendiri sudah menjadi bagian dalam tradisi kekristenan sejak pada mulanya dan cara terbaik untuk memahami Firman itu sendiri (Kolose 3:16-17) yang berguna untuk mengingat akan kebaikan Tuhan dan menjadi pengontrol kehidupan, sesuai yang Allah kehendaki.