Pandemi Covid-19 yang melanda mampu merontokan sendi perekonomian di Tanah Air, terlebih pada sector usaha. Hal ini juga dirasakan oleh M Albar.
Seorang pegawai di suatu pabrik yang tidak jelas statusnya, karena diberhentikan begitu saja oleh atasanya tanpa diberi tahu kapan mulai masuk lagi. Sehingga dia berinisiatif untuk mengembangkan tumbuhan tinggi kandungan gizi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga sekitar yaitu budidaya jamur tiram.
Jamur merupakan organisme bermanfaat heterotroph. Hidup Cuma menumpang sebagai saprofit pada bahan-bahan organik yang telah mati. Namun siapa sangka ternyata jamur memiliki banyak kandungan nutrisi yang dibutuhkan tubuh manusia.
Daging jamur mengandung banyak protein yang hampir sama dengan hewan,namun lebih sehat untuk dikonsumsi. Dibanding dengan protein dalam telur, jamur khususnya jamur merang memiliki semua kandungan asam amino essensial yang terdapat di dalam telur. Bahan untuk kandungan lysine dan histidinenya lebih tinggi dari pada telur.
Hal inilah yang membuat prospek bisnis jamur amat mengiurkan. Disamping itu, peluangnya masih sangat terbuka lebar.
Untuk menbangun usaha budidaya jamur ini terbilang cukup mudah dan tidak membutuhkan modal yang besar. Cukup mengandalkan suhu ruangan yang stabil, lumaan lembab maka hasil panenanya pun dapat dipetik setiap hari.
Untuk memenuhi permintaan pasar, tak jarang pemuda ini kesulitan memenuhi permintaan yang dating dari warga setempat ataupun eyek-eyek (penjual sayuran keliling) yang datang setiap harinya.
Dari 700 baglog atau bungkus perbenih jamur, mereka dapat memanen sedikitnya 6 kilogram perhari dan dijual seharga 15 ribu rupiah untuk warga sekitar, sementara untuk pada penjual sayur keliing dijual 13 ribu rupih perkilogram.
Untuk memeuhi perminaan, mereka menargetkan dapat memanen 3.000 baglog atau dapat mrnghasilkan 70 kilogram per hari.
M Albar juga mengatakan bahwa di tengah pandemi covid-19 ini volume permintaan jamur meningkat drastis. Khususnya jamur tiram cenderung stabil dan tidak berkurang.