Satu bulan ke belakang kita dihebohkan dengan film The Conjuring 2 yang berhasil mengguncang masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Selain itu, film lainnya yang juga tak kalah fenomenal adalah Now You See Me 2, Finding Dory, dan yang terbaru adalah Independence Day: Resurgence. Film-film tadi merupakan film luar negeri yang secara tidak langsung ‘menggeser’ kebaradaan film lokal pada saat itu.
Namun, lebaran kemarin menjadi momen tersendiri di mana film Indonesia rilis di waktu yang hampir bersamaan dan tentunya menjadi daya tarik sendiri untuk masyarakatnya. Film-film tersebut di antaranya adalah; Rudy Habibie, Jilbab Traveler, Sabtu Bersama Bapak, Koala Kumal, dan ILY from 38000 FT. Nah, di kesempatan kali ini saya akan membahas film Sabtu Bersama Bapak yang kebetulan saya tonton sore tadi.
Salah satu alasan mengapa memilih film ini karena sebelumnya saya sudah membaca terlebih dahulu novelnya yang merupakan karya dari Adhitya Mulya. Novel ini begitu menarik untuk dibaca, padahal saat itu saya baru membaca prolognya saja. Benar saja, ketika membacanya sampai halaman terakhir, cerita yang disuguhkan oleh penulis benar-benar bisa mengundang haru pembaca karena kisahnya yang begitu menyentuh.
Dua tahun setelah novel ini rilis, filmnya pun dibuat dengan garapan sutradara Monty Tiwa. Selain di youtube, trailer film ini pun mulai tayang di beberapa stasiun televisi swasta ketika jeda iklan. Di sana terlihat sedikit cuplikan film yang akan membuat penonton berkaca-kaca dari kisah ini.
Film/Novel Sabtu Bersama Bapak menceritakan kisah tentang Gunawan (Abimana Aryasatya), seorang ayah yang terpaksa harus pergi untuk selamanya karena penyakit kanker. Ia meninggalkan dua orang anak, Satya dan Cakra yang saat itu masih duduk di bangku SD, juga istrinya, Itje (Ira Wibowo). Namun, ia merekam banyak video yang nantinya akan ditonton setiap Sabtu oleh kedua anaknya beserta Itje. Video yang ia rekam merupakan pesan-pesan singkat untuk kehidupan keluarganya di masa depan nanti.
Beranjak dewasa, Satya (Arifin Putra) menikahi seorang gadis bernama Risa (Acha Septriasa) dan dikaruniai 2 orang anak bernama Rian dan Miku. Keluarga ini tinggal di Perancis dan jauh dari Bu Itje yang tinggal di Bandung. Sementara Cakra (Deva Mahenra), menjadi seorang pimpinan salah satu bank di Jakarta dan pulang menemui ibunya ke Bandung seminggu sekali.
Cerita ini pun memfokuskan pada kisah Satya dan Cakra yang memiliki masalah masing-masing di kehidupan pribadinya. Seperti Satya, misalnya, yang terus berusaha untuk menjadi suami ataupun ayah yang baik di keluarganya dengan berkaca pada kehidupan Gunawan selama ia hidup. Sedangkan Cakra adalah seorang jomblo yang masih berusaha mencari jodoh pada usinya yang menginjak kepala tiga.
Baik di film dan novel, keduanya sama-sama membuat haru dan bisa jadi membuat anda menahan air mata, atau justru malah menitihkan air mata. Tapi di samping itu, akan ada adegan komedi yang akan membuat anda tertawa. Di dalam studio pun, suara tawa penonton begitu sering memenuhi ruangan.
Kisah Satya lebih menekankan pada konflik keluarga yang serius. Baik itu tentang bagaimana cara mendidik anak, atau justru bagaimana seharusnya sikap suami memperlakukan istrinya, apalagi Satya bekerja di kota yang berbeda sehingga jarang pulang ke rumah untuk menemui keluarga.
Sementara itu, kisah Cakra lebih memfokuskan pada perjuangannya mencari jodoh. Bahkan, ia dibantu oleh asisten pribadinya yaitu Firman dan Wati untuk membantunya mencari pendamping hidup. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Ayu (Sheila Dara) yang menjadi bawahan barunya di kantor. Dari sinilah, perjalanan cinta mereka dimulai. Nah, kisah Cakra ini yang akan membuat penonton tidak akan merasa bosan dengan jalan cerita film karena banyak adegan lucu yang akan membuat anda tersenyum, bahkan tertawa.
Seperti kebanyakan film yang diadaptasi dari novel, tentunya akan ada beberapa bagian yang berbeda ataupun justru dipotong, lalu diganti dengan bagian yang baru. Hal ini pun terjadi pada film Sabtu Bersama Bapak. Salah satu bagian yang menurut saya kurang pas dengan cerita novel adalah tentang kisah Satya bersama anak dan istrinya. Terjadi sedikit perbedaan yang membuat saya langsung refleks berpikir "lho... ternyata agak beda, ya". Tapi, tentunya hal ini bukan menjadi masalah besar, apalagi keseluruhan jalan cerita sudah dikemas dengan sangat baik.