Kara terbangun seperti biasa di jam setengah enam pagi dengan badan yang semakin lemas. Seminggu ke belakang kondisinya memang sedang menurun. Mulai dari pegal-pegal, demam, hingga tidak kuat lagi melanjutkan aktivitas kuliah. Akhirnya ia meminta izin selama seminggu ini untuk fokus ke kesehatannya.
Yang jadi sorotan bukan hanya soal kesehatannya saja, tapi soal kepastian Felix, kekasihnya yang lebih tua 5 tahun, yang sampai saat ini belum ditemukan keberadaannya. Laki-laki itu bersama 2 rekan lainnya masih dinyatakan hilang dalam perjalannya mendaki Gunung Rinjani seminggu lalu.
Demas, adik Kara, jelas berspekulasi bahwa kesehatan kakaknya ini terganggu karena terlalu banyak pikiran. Bahkan Kara bisa seharian di kamar dengan tatapan kosong sembari menonton berita di televisi untuk menunggu kabar terbaru Felix.
"Besok kita ke dokter. Kondisi Kakak sama sekali nggak ada kemajuan."
"Nanti juga sembuh sendiri," jawab Kara datar tanpa menatap lawan bicaranya.
Malamnya Kara menangis dalam sunyi kamar, mengingat kembali momen bersama Felix ketika keduanya bertemu tanpa sengaja di Pantai Pangandaran. Felix sebagai travel vlogger dan Kara yang kebetulan berlibur dengan teman-temannya itu ternyata bisa langsung akrab di dua hari perjalanan mereka.
"Aku mau serius sama kamu. Gimana?" tanya Felix di bulan keempat dalam proses pendekatan keduanya.
Maka hubungan keduanya berlabuh pada satu tahap yang lebih jauh. Bukan sekadar sebagai kekasih layaknya anak muda yang baru dimabuk asmara, tapi persiapan ke pernikahan pun sudah mulai disusun Felix sebagai bukti keseriusannya.
Namun ketika semua rencana itu baru saja dimulai, Felix mendadak hilang dalam pendakian. Ponselnya tak bisa dihubungi. Tim SAR pun sudah dikerahkan secara maksimal untuk pencarian.
"FELIX!" Kara terbangun lebih pagi mengingat kenangannya. Napasnya semakin berat, bahkan di sekujur tangannya mulai muncul lebam keunguan seperti habis terjatuh. Jelas, ia butuh pertolongan medis.