Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Bumi dalam Peluk Saturnus

26 Mei 2024   19:54 Diperbarui: 27 Mei 2024   00:02 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Unsplash/Pengxiao Xu 

Layaknya perbedaan Bumi dan Jupiter, aku dan calon suaminya itu pun punya latar belakang dan sifat yang berbeda. Jupiter punya karir yang menjanjikan di masa depan sebagai branch manager di bank swasta. Sifatnya pun tak begitu keras sepertiku yang sering memicu perdebatan dengan Saturnus.

Jangan salah paham dulu. Tak ada kesedihan saat itu. Aku malah bahagia karena pada akhirnya Saturnus bisa berdiri di sana dengan gaun cantik bersama pria yang benar-benar melengkapi dirinya di masa depan. Bahkan aku semakin bahagia karena bisa menikmati berbagai hidangan ini sepuasnya di tengah kerumunan orang banyak.

Lagi pula apa yang dipertemukan Tuhan bukan berarti harus berakhir bersama bukan?

***

Pernikahan Saturnus dan Jupiter akan diselenggarakan enam bulan sejak pertunangan itu. Dalam jeda waktu tersebut aku sama sekali tak berkabar dengannya. Cukup melihat kegiatannya di sosial media yang terlihat semakin bahagia menjelang momen penting itu. Sementara itu aku masih sendiri, belum menemukan pengganti Saturnus yang sekiranya bisa menemani Bumi berotasi memutar Matahari. 

Lalu sore itu ketika beres mengajar dan masih mengenakan seragam guru berwarna coklat yang ditutup oleh jaket jins, aku sengaja datang ke akuarium raksasa yang terletak di salah satu mal ibu kota. Suasana cukup ramai meski tak sepadat akhir pekan. Rata-rata yang datang bersama pasangan, teman, juga keluarga. Sementara aku cukup sendiri.

Aku menatap ikan-ikan itu berenang tenang di kedalaman air yang bisa kulihat langsung dari kaca transparan ini. Menenangkan juga melihat gerak mereka, seakan bisa menghiburku dari kesibukan mengajar di sekolah.

Langkah seseorang terdengar semakin mendekat hingga kusadari dia ada di sampingku sedang menatap ikan-ikan di akuarium raksasa ini. 

"Kamu memang benar, Bumi, kita sudah semakin jauh dan sulit untuk bersatu," katanya tanpa menatap wajahku.

"Tiga tahun ke belakang ini bukan hal yang sia-sia kok, Saturnus. Aku menikmati semuanya mulai dari yang bahagia hingga momen perpisahan ini. Terima kasih buat semuanya."

"Terima kasih juga, Bumi. Aku yakin kamu akan menemukan seseorang yang lebih mengerti kamu. Ini hanya soal waktu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun