Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Someone From The Past

28 Januari 2022   15:00 Diperbarui: 28 Januari 2022   15:06 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Al, kita harus bantu Faris," kata Stefani memohon. "Bukannya dulu kamu hampir menyerah untuk ngejar aku karena ngira aku deket dengan Kak Andrean?"

"Aku nggak akan lupa itu," kata Alva sambil membenarkan kacamata.

"Jangan sampai ada kesalahpahaman juga di antara mereka."

Dari sana pun Alva sadar bahwa sejauh ini Faris telah membantunya banyak terutama soal asmara dalam mendapatkan Stefani. Maka kali ini ia membuat janji untuk membuang sedikit egonya dan akan membantu Faris menyelesaikan masalahnya dengan Seila.

***

University Day hanya berlangsung satu hari saja. Besoknya di hari Sabtu ketika siswa sekolah hanya melaksanakan KBM setengah hari, Faris kembali datang ke kebun kecil belakang sekolah jam 1 siang di mana suasana mulai sepi. Ia mengenakan kemeja polos kasual dengan perpaduan celana chino yang senada. Sementara itu lawan bicaranya saat ini, mengenakan pakaian santai dengan rambut pendek sebahunya.

Kalau bukan karena Alva yang menyuruhnya, mungkin dia sama sekali tak ingin membuang waktu percuma bersama perempuan ini.

"Aku nggak punya waktu banyak. To the point aja sebenarnya apa yang mau kamu bahas," kata Faris tanpa basa-basi.

"Maaf. Cuma itu yang mau aku bilang," jawab Seila tanpa ragu. "Aku sadar dulu pernah jadi orang jahat."

"Sadar kan kalau kamu telat dua tahun untuk bilang itu? Terus selama ini ke mana aja?"

Nostalgia itu pelan-pelan datang mengisi pikiran keduanya. Tentang Faris yang dulu pernah mengungkapkan cinta pada Seila, namun mengalami penolakan yang berbekas sampai sekarang. Bukan soal penolakannya, namun sikap Seila setelahnya yang justru keterlaluan. Perempuan ini dengan entengnya memutuskan komunikasi dan memblokir semua sosial media milik Faris, padahal Faris sama sekali tak merasa punya kesalahan fatal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun