Faris yang biasanya paling ceria di antara ketiganya kini berbalik jadi yang paling diam sambil mengaduk jus jambunya tanpa diminum.Â
Alva sempat melirik kekasihnya yang kemudian dibalas perempuan itu dengan kode tak tersirat untuk menanyakan lebih lanjut soal Seila tadi.
Maka Alva memberanikan diri bertanya apakah memang Seila lah yang jadi penyebab utama Faris jadi murung seperti ini. Yang ditanya belum menjawab, hanya mengembuskan napas panjang sambil menatap Alva dan Stevani bergantian.
"Ini bukan pertama kalinya," kata Faris pelan yang akhirnya membuka suara. "Di kampus dia sering ngajak ketemu padahal kita beda jurusan."
"Jangan, Ris. Lo sama sekali nggak boleh terima ajakannya atau apapun itu," jawab Alva dengan penekanan.
"Al, tapi gimana kalau Seila punya maksud sesuatu?"
"Stefani, apapun maksud dia sama sekali nggak berarti apa-apa sekarang. Dia cuma orang jahat dalam hidup Faris."
Permasalahan yang seharusnya hanya melibatkan Faris dan Seila kini justru merembet ke Alfa dan Stefani yang semakin berselisih paham. Keduanya jadi membahas hal yang tak perlu, seperti soal mantan masing-masing yang dulu pernah singgah di masa lalu mereka.Â
Stefani pun tak bisa melupakan momen salah paham ketika ia cemburu dengan Marry, satu-satunya mantan Alva. Tapi untungnya konflik itu tidak sampai berlarut panjang.
"Guys, stop. Ini masalah gue. Kalian nggak perlu ikut campur kalau akhirnya malah saling debat."
Bertepatan dengan itu, Faris yang masih mengenakan jas almamater merah atinya memilih pergi tanpa menghabiskan minumnya yang tinggal setengah gelas. Momen yang ia percaya bisa mendapat saran dari pasangan itu ternyata malah berbalik menimbulkan konflik baru yang tak penting.