Joko Anwar, sutradara film yang namanya semakin dikenal sejak menggarap film Pengabdi Setan tahun 2017 lalu, memang selalu memberikan kejutan menarik pada setiap karyanya. Tahun ini, setelah merilis film Orang Kaya Baru dan Gundala yang sama-sama mencetak angka di atas 1 juta penonton, Joko Anwar kembali hadir dengan film berjudul Perempuan Tanah Jahanam yang resmi rilis di layar lebar tanggal 17 Oktober 2019.
Sejak awal tahun 2019 pun, Joko Anwar memang sudah memberi tahu orang-orang melalui akun sosial media pribadinya mengenai film ini dengan mengunggah first look untuk Perempuan Tanah Jahanam. Sekitar beberapa bulan kemudian, barulah muncul teaser poster dan teaser trailer hingga akhirnya menjadi official.
Baik dari teaser maupun trailer resmi, sedikit cuplikan film ini sudah diperlihatkan cukup menyeramkan. Dengan latar yang begitu gelap di sebuah desa terpencil serta dilengkapi oleh backsound mencekam, sukses membuat saya penasaran seperti apa eksekusi yang akan disajikan ketika sudah rilis di bioskop.
Pemainnya pun sudah tidak perlu diragukan. Ada Tara Basro yang memerankan Maya, Marissa Anita sebagai Dini, Asmara Abigail sebagai Ratih, Christine Hakim sebagai Nyi Misni dan Ario Bayu sebagai Ki Saptadi. Jika dilihat kembali, memang sebagian besar pemain film Perempuan Tanah Jahanam pernah juga bermain di film Joko Anwar sebelumnya.
Cerita film dibuka dengan tokoh utama Maya dan Dini yang sedang bekerja sebagai penjaga pintu tol. Mereka berada di loket yang berbeda, namun saling ngobrol via telepon sembari melayani mobil yang hendak keluar serta menghitung uang yang didapat malam itu.
Awalnya semua terasa biasa saja sampai ada laki-laki yang membawa mobil yang menurut Dini mencurigakan. Laki-laki tak dikenal itu seakan meneror Dini dengan beberapa pertanyaan yang membuatnya takut. Dari prolog yang berdurasi sekitar 5-7 menit, penonton akan dibawa masuk ke jalan cerita film dengan atmosfer menegangkan. Apalagi, mulai ada adegan sadis juga di sini.
Cerita berlanjut dengan situasi Maya dan Dini yang memilih untuk melakukan usaha di pasar dengan menjual baju. Namun usaha mereka tidak begitu laku sehingga membuat keduanya harus berpikir ulang bagaimana caranya untuk mendapat uang. Sampai akhirnya Maya memiliki ide untuk datang ke desa tempat ia lahir. Ia memiliki petunjuk bahwa ada sebuah rumah besar milik orang tuanya yang masih menjadi haknya. Jika rumah itu dijual, ia bisa mendapat uang banyak.
Meski film belum terlalu lama berjalan, nuansa horornya mulai terasa di beberapa adegan yang bahkan sempat membuat saya terkejut. Rasanya, film ini memang tidak memberi kesempatan para penonton untuk bernapas karena setiap beberapa menit sekali pasti ada saja yang membuat tegang.
Maya dan Dini pada akhirnya sampai di Desa Harjosari setelah melewati perjalanan jauh. Di sana, keduanya berpura-pura sebagai mahasiswa untuk mendapatkan informasi tentang rumah itu. Rumah yang dipercaya milik keluarga Maya itu pun tampak tidak terawat lagi. Tanaman liar tumbuh di halaman, isi rumah berdebu, hingga air di kamar mandi yang tidak jernih.
Ada banyak hal aneh yang dirasakan Maya saat itu, salah satunya adalah kuburan di desa tersebut yang mayoritas adalah makam anak kecil, bahkan yang baru lahir. Dalam dua hari saja ia dan sahabatnya itu melihat ada dua kali pemakaman yang dilakukan masyarakat di sana.