Satu lagi dekapan yang aku berikan padanya. Sama hangatnya ketika aku memeluknya beberapa tahun lalu.
"Semua akan baik-baik aja. Kita doakan yang terbaik," kataku.
Andy sama sekali tidak melakukan gerakan. Ia masih mendekapku di koridor rumah sakit meski beberapa orang yang lalu-lalang melihatnya.
"Jangan tinggalan aku, Ris. Aku mohon"
Setelah kondisinya sedikit membaik, Andy mulai menceritakan kejadian apa yang dialami oleh Kania hingga ia terpaksa harus dilarikan ke sini. Ternyata perempuan itu kecelakaan ketika menaiki taksi online menuju tempat kerjanya. Sang supir kehilangan nyawanya di tempat kejadian, sementara Kania masih bisa diselamatkan meski kondisinya sangat kritis.
***
"Kita nggak bisa bicarain ini, Ndy. Pacar kamu sedang koma dalam beberapa minggu terakhir. Dan sekarang kamu bilang bahwa kamu punya perasaan lebih ke aku?"
Posisi bianglala mulai turun. Suaraku yang meninggi sepertinya tak akan terdengar oleh siapapun dari sini.
"Kamu udah mau melamarnya, bukan?" tanyaku memastikan.
"Ini bukan masalah soal lamaran, Ris. Ini soal rasa nyaman aku sama kamu. Jika pun saat ini keadaan dia baik-baik aja, aku akan tetap terkekang karena kondisi kita yang semakin jauh."
Aku benar-benar kehilangan akal menghadapi sikap Andy sekarang ini. Aku memang menyukainya jauh sebelum saat ini. Tapi bukan ini juga momen yang aku harapkan. Sejak awal hubungannya dengan Kania, aku sudah tahu bahwa perasaanku ini tidak akan terbalas. Aku sudah membiasakan diri untuk bisa hidup tanpa sosoknya.