Bulan April ini dibuka dengan beberapa film yang banyak menarik perhatian masyarakat. Di antaranya ada film Danur yang tayang pada akhir Maret lalu. Cerita yang diangkat dari novel Risa Sarasvati ini menjadi magnet untuk para pencinta film, terutama film horror. Bahkan banyak bioskop yang menyediakan lebih dari satu studio untuk penayangannya. Selain itu, ada juga film Ghost in Shell yang dibintangi oleh aktris cantik Scarlett Johanson. Film ini menjadi salah satu film yang ditunggu di tahun 2017. Nah, untuk Anda yang menyukai serial animasi ataupun yang memiliki anak yang masih kecil, film The Boss Babybisa menjadi pilihan karena dapat ditonton oleh semua umur.
Di akhir tahun 2016 lalu, trailer The Boss Baby resmi rilis di youtube oleh akun resmi DreamWorksTV dan membuat film tersebut menjadi film animasi yang dinantikan pada tahun ini. Dengan mengandalkan genrekomedi, film ini berhasil meraih puncak Weekend Box Office di Amerika Serikatdi minggu pertama tayangnya dan menggantikan film Beauty and The Beast yang turun ke posisi no 2 (Wikipedia). Film ini sekilas mengingatkan saya tentang serial animasi Rugrats yang diproduksiNickelodeon sekitar awal tahun 2000. Di mana kedua animasi ini sama-sama mengangkat tema bayi yang bisa berbicara.
Film yang diangkat dari buku berjudul sama oleh Marla Frazee pada tahun 2010 ini mengisahkan seorang anak laki-laki bernama Tim yang hidup bahagia bersama kedua orangtuanya. Sebagai anak tunggal, perhatian yang diberikan orangtuanya sangatlah sempurna. Dibacakan dongeng sebelum tidur, dinyanyikan sebuah lagu kesayangan, juga bermain layaknya anak kecil dengan imajinasi tinggi. Namun, kehidupan Tim mulai berubah ketika ia memiliki seorang ADIK LAKI-LAKI. Sayangnya, adiknya tersebut bukanlah seorang bayi biasa, namun seorang BOSS. Wow, bagaimana bisa, ya?
Dikisahkan bahwa Boss Baby (Alec Baldwin) ini dilahirkan dari sebuah perusahaan Baby Corp di mana perusahaan tersebut ‘menghasilkan’ bayi (layaknya menghasilkan produk) dan membagi bayi tersebut ke dua golongan. Golongan pertama  adalah KELUARGA di mana bayi-bayi ini akan jadi bayi biasa yang tumbuh sebagaimana mestinya bersama kedua orangtua. Sedangkan golongan kedua adalah MANAJEMEN yang mana bayi-bayi ini akan menjadi pekerja di Baby Corp dan memiliki tugas masing-masing layaknya pekerja kantoran.
Kehadiran Boss Baby tentu membuat posisi Tim tergeser karena segala kasih sayang dan perhatian orangtuanya kini berpindah ke adiknya. Tingkah Boss Baby yang begitu menyebalkan membuat Tim semakin kesal. Ia berpikir tidak seharusnya ia memiliki adik. Hingga suatu ketika, ia memergoki adiknya dapat berbicara dan sedang mengobrol dengan seseorang di telepon. Dari situ Tim yakin, bahwa adiknya ini bukan sekadar bayi biasa.
Seperti kebanyakan kisah adik-kakak pada umumnya, hubungan Tim dan Boss Baby tidak begitu baik. Mereka seperti Tom and Jerry yang tidak akur dan selalu ingin menang sendiri. Namun, ketika Boss Baby menceritakan misi sebenarnya dari kedatangannya ke keluarga Tim, mereka berdua menjadi tim yang kompak agar ketika Boss Baby berhasil menyelesaikan misinya, maka ia akan pergi dari kehidupan Tim dan keluarga untuk selamanya.
Kisah yang ringan dan dapat ditonton oleh semua umur menjadi salah satu kelebihan untuk film ini. Dikemas dengan genre komedi tentu akan membuat penonton (khususnya anak-anak) merasa terhibur dan tertawa, sehingga film ini sangat cocok ditonton untuk keluarga. Selain itu, tema keluarga pun bisa dijadikan moral yang dapat dipetik. Misalnya, keegoisan Tim yang tidak ingin memiliki adik mengajarkan anak-anak untuk siap menerima segala sesuatu ketika orangtuanya memiliki anak lagi. Seperti sabar dan sikap saling menyayangi satu sama lain supaya hubungan antara kakak dan adik bisa harmonis.
Film The Boss Baby pun akan memperlihatkan khayalan anak-anak yang begitu tinggi. Misalnya ketika Tim sedang menaiki sepeda, ia merasa sedang manaiki motor. Atau ketika sedang berada di suatu tempat, ia merasa sedang ada di kapal bajak laut, dan masih banyak lagi. Hal ini membuka kembali ingatan saya ketika masih kecil di mana saya pun melakukan hal yang sama. Ya, jadi sedikit nostalgia juga.
Untuk saya yang merupakan pencinta film animasi dan sudah sering menontonnya, menganggap bahwa film ini memang memiliki tema yang unik. Tapi, saya merasa bahwa jalan ceritanya masih ‘begitu-begitu’ saja layaknya film kartun pada umumnya. Bahkan endingnya pun bisa saya tebak (meskipun tidak sepenuhnya benar, sih). Tapi untuk ditonton oleh anak-anak, pasti mereka akan sangat suka.
Rating dari film ini ternyata tidak sebesar yang saya kira. Di situs imdb, misalnya, rating The Boss Baby hanya mendapat nilai 6.3/10. Sementara itu nilai dari Rotten Tomatoes hanya 50% saja. Meski begitu, ternyata nilai dari Google Users sangat tinggi, yaitu sampai menyentuh angka 90%. Saya pribadi sendiri bisa memberikan nilai sebesar 7.0/10 dengan beberapa pertimbangan di atas.