Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kumang

25 Januari 2025   12:09 Diperbarui: 25 Januari 2025   12:09 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kucing Tidur. Sumber: Pexels.com/Elmir Jafarov

Dari Cat's Dream

Di sudut gang belakang, di bawah lampu jalan yang ngantuk,
seekor kucing tidur seperti raja tanpa mahkota,
melingkar dalam lingkaran takdir yang terbakar,
cakar-cakarnya seperti tanda baca di kalimat malam,
bulu pasirnya bergulung seperti halaman-halaman
kitab kuno yang dilupakan.

Aku ingin tidur seperti itu,
tanpa rasa bersalah, tanpa beban hutang waktu,
dengan dengkuran yang menggetarkan jendela kamar tua,
dan ekor yang mencatat sejarah trotoar retak
tempat puisi-puisi pecah seperti kaca botol.

Baca Juga: Diamnya Pohon-Pohon

Di mimpinya, ia memburu hantu-hantu tikus,
bayangan yang melintasi negeri sampah,
menyelinap ke celah-celah tembok yang bernapas,
menyelam ke sungai gelap di bawah kota
dan lampu-lampu merah berkedip seperti mata serigala tua.

Kadang-kadang, dalam tidurnya yang panjang,
ia tumbuh sebesar harimau purba,
melompati puncak gedung pencakar langit,
terbang melewati billboard usang dan tiang listrik patah,
meninggalkan jejak halus di atap-atap dunia,
seperti tanda tangan rahasia di catatan mimpi para gelandangan.

Baca Juga: Bahasa Tanpa Kata-Kata

Kucing itu, imam malam dengan kumis batu,
penjaga gerbang antara tidur dan sadar,
mengawasi mimpi-mimpi kita yang tergeletak di lantai dapur,
menjaga setiap napas, setiap desir langkah,
seperti seorang penyair tua yang tetap terjaga,
menghitung bintang satu per satu
sampai pagi menyala di cakarnya yang tajam.

*Kumang adalah sebuah istilah dalam bahasa Indonesia yang merujuk pada bagian tubuh binatang laut, seperti kerang atau siput, yang memiliki cangkang indah atau berwarna-warni. Kadang-kadang juga digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang kecil dan bernilai, seperti perhiasan atau sesuatu yang cantik dan tersembunyi. Dalam konteks puisi, "Kumang" bisa memiliki makna simbolis, merujuk pada sesuatu yang tersembunyi, berharga, atau penuh makna, tapi juga rapuh dan sementara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun