Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dekat Denganmu

11 Januari 2025   09:41 Diperbarui: 11 Januari 2025   09:41 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Gray Light Post. Sumber: Pexels.com/Raphael Brasileilo

Dari "Close To You"


Di pagi yang gemetar seperti daun tersangkut di ujung waktu,  
burung-burung jatuh dari ranting,  
bukan terbang, tapi menyerah pada tarikan bumi.  
Mereka seperti aku:
yang belajar bahasa rindu dari kepak sayap yang gagal.  

Bintang-bintang di langit malam adalah pecahan kaca  
dari jendela yang dilempar batu.  
Mereka jatuh saat kau lewat,  
meninggalkan jejak cahaya,  
seperti jalan setapak  
yang hanya bisa dilihat oleh yang tersesat.  

Mereka bilang,  
waktu kau lahir, malaikat-malaikat berkumpul  
di sudut gang bercahaya neon biru,  
berdiskusi di atas meja kopi,  
memutuskan:  
"Anak ini akan jadi mimpi yang berjalan."  
Mereka mencuri debu bulan dari kantong malam  
dan meniupnya ke rambutmu:
emas seperti matahari tenggelam di mata gelandangan yang mabuk.  
Mereka menggoreskan bintang di matamu,  
dua lubang kecil yang menghisap alam semesta. 

Baca Juga: Angin di Taman Gorky

Dan sekarang, kau berjalan seperti musik  
di trotoar kota yang terlalu tua untuk bermimpi.  
Gadis-gadis mengikutimu,  
bayang-bayang mereka membentuk simfoni di bawah lampu jalan.  
Kau tidak peduli.  
Mereka tidak peduli.  
Tapi kita semua tahu,  
ini bukan cinta,  
ini tarikan bumi.  

Aku berdiri di sudut,  
menghitung napas seperti uang receh di kantong yang sobek.  
Aku ingin dekat denganmu,  
tapi siapa aku selain bulu yang ditiup angin?  
Kau adalah badai,  
dan aku hanya debu.  

Jadi aku diam,  
mengamati burung-burung jatuh,  
bintang-bintang pecah,  
dan malaikat-malaikat yang tertawa dari jauh.  
Semua ini untukmu.  
Untuk yang bahkan tidak tahu  
bahwa tarikan bumi punya nama:  
Namamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun