[caption id="attachment_192505" align="aligncenter" width="540" caption="(tatapku sudah mulai sayu)"][/caption]
Kita akan menjadi seperti mereka
Dua insan yang hidup lebih dari dua generasi
Kita akan menjadi seperti mereka
Merasakan nikmatnya asam garam yang penuh sensasi
Mereka, insan yang punya sejuta sejarah
Lihat saja dari keriput yang sudah seperti beranak-pinak
Dongeng masa lalu, pasti menjadi cerita yang penuh gairah
“Dulu..”
Kata itu adalah awal, dari sebuah sejarah milik mereka
Kita, patut diam, dan nikmati saja dongeng masa lalunya
Tak akan lama
Mungkin hanya menghabiskan dua gelas teh hangat dan sepotong roti
Seketika, tangan yang bergetar itu akan membelai lembut
Rasanya hangat
“Cu..kamu adalah salah satu misteriku dahulu, yang kini menjadi nyata”
Ya, mereka tak kan pernah mengira
Menjadi insan yang kini telah renta
******
[caption id="attachment_192506" align="aligncenter" width="540" caption="(aku telah menua, tapi tetap berkhayal bahagia)"]
Aku telah hidup pada empat generasi
Aku ini lelaki, yang kini tak punya istri
Hidupku sekarang hanya menyendiri
Aku punya banyak cerita,
Tentang gagahnya aku menghadapipenjajah
Akan ku dongengkan untuk kalian dengan rasa cinta
Dan penuh gairah
Dulu suaraku banyak dipuja
Kini suaraku menjadi antara ada dan tiada
Aku sudah terlalu banyak makan asam garam
Dari kisah menjadi bangsawan, hingga kisah kelam
[caption id="attachment_192507" align="aligncenter" width="540" caption="(masih ku tatap pasti, sebuah kebahagiaan)"]
Aku duduk disini
Bukan seperti pengemis
Aku duduk disini
Bukan untuk minta-minta
Biarkan aku istirahat sejenak
Menata nafas, yang tak beraturan
Lihat keriputku seperti beranak-pinak
Lihat pula, rambutku, putih tanpa polesan
Tulangku sudah merapuh, ia akan membentuk seperti udang
Tak apa, yang penting aku masih ada untuk hidup senang
****
[caption id="attachment_192508" align="aligncenter" width="540" caption="(inilah bahagiaku, tersenyum bersama keriput)"]
Dan lihat, aku ini seorang perempuan yang diberi gelar “nenek”
Aku sudah lupa, aku punya cerita bahagia apa
Cucuku bilang, aku ini periang
Anakku bilang, aku banyak disayang
[caption id="attachment_192509" align="aligncenter" width="540" caption="(berdiri sabar, menanti rejeki)"]
Dan aku, pada usiaku kini, masih ingin mencari rejeki
Berjejal dengan tumpukan pisang
Berharap pagi cerah mendatangkan uang
Biarkan kelak aku istirahat tanpa dihujani tangisan
Biarkan aku tersenyum senang
Hingga surga yang telah dijanjikan datang
****
Ya, sebut saja kami ini adalah insan yang telah menjadi tua renta
Yang masih punya cinta
Dan ingin bahagia
**
Yogyakarta, Juli.
Gilang Rahmawati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H