Mohon tunggu...
Gilang Rahmawati
Gilang Rahmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari menjadi kuli tinta.

*** silahkan tinggalkan pesan *** ** http://www.kompasiana.com/the.lion ** #GeeR

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Berwisata Sejarah di Monjali

21 Juli 2012   05:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 2120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah mencoba mencari tahu tentang sejarah di Indonesia selain mendapatinya di bangku sekolah? Monjali (Monumen Jogja Kembali) sebagai salah satu tempat yang mungkin bisa menjadi alternative anda. Betapa tidak, Monjali merupakan sebuah monumen yang didirikan pada tanggal 29 Juni 1985, yang terletak di Ring Road Utara, Yogyakarta. Monjali sebagai sebuah monument yang digunakan untuk mengenang beberapa sejarah di Indonesia, terutama Yogyakarta. Penamaan Yogya Kembali dikarenakan mengingat adanya peristiwa sejarah ditariknya tentara penduduk Belanda dari Ibukota Yogyakarta. Sekaligus menandakan bebasnya Bangsa Indonesia secara nyata dari kekuasaan pemerintah Belanda.

Beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi Monumen ini. Ternyata beberapa Sekolah memanfaatkan monumen ini sebagai salah satu aktifitas belajar bagi siswa mereka. Terbukti saat saya datang kesana, saya mendapati banyak sekali rombongan siswa dari berbagai sekolah yang ada di Yogyakarta. Saat itu adalah hari kedua masuk sekolah, dan sepertinya beberapa pihak sekolah memanfaatkannya dengan mengajak siswa untuk berwisata sejarah ditempat ini. Tidak hanya itu, saat saya mengunjugi Monjali disaat awal masuk sekolah ini. Saya mendapati di bagian depan Monumen, sedang dilakukan aktifitas MOS (Masa Orientasi Sekolah) oleh salah satu sekolah.

[caption id="attachment_195420" align="aligncenter" width="540" caption="rombongan siswa yang datang berwisata sejarah"][/caption]

[caption id="attachment_195421" align="aligncenter" width="540" caption="kegiatan MOS yang berlangsung disisi Monumen"]

13428461671774693275
13428461671774693275
[/caption]

Dengan membayar biaya tiket sekitar 7ribu perorang, kita bisa menikmati berbagai peninggalan sejarah Indonesia, khususnya Yogyakarta. Terdapat beberapa bagian ruang “pamer” disini, tidak ditentukan harus menikmati dari ruang bagian mana terlebih dahulu. Karena, ruangan-ruangan ini terletak berbeda tingkat. Pada lantai satu, disini terdapat empat ruang museum yang menyajikan benda koleksi, diantaranya Realia, Replika, Foto, Dokumen dan berbagai senjata serta Evokatif Dapur Umum.

Berikut dibawah ini beberapa foto yang berhasil saya abadikan:

1342846274131102067
1342846274131102067

[caption id="attachment_195425" align="aligncenter" width="540" caption="bentuk dapur umum yang digunakan oleh para pejuang"]

134284634259191462
134284634259191462
[/caption]

[caption id="attachment_195428" align="aligncenter" width="540" caption="Tempat duduk Sri Sultan Hamengkubowono IX di Warung PUAS tempat berkumpul para pejuang, dan baju yang dipakai Sri Paduka Pakualaman VII saat bertugas pengembalian Yogyakarta"]

13428466311639302887
13428466311639302887
[/caption]

[caption id="attachment_195429" align="aligncenter" width="540" caption="Dokar yang digunakan oleh Jendral Sudirman pada Perang Gerilya menuju Yogyakarta"]

13428467572064393995
13428467572064393995
[/caption] [caption id="attachment_195432" align="aligncenter" width="540" caption="Patung para pejuang beserta pakaian yang dikenakan dan senjata saat perang"]
13428468921356268073
13428468921356268073
[/caption]

Sembari menikmati dan membaca beberapa keterangan disetiap lorong museum. Para wisatwan serta pelajar yang datang berkunjung, akan ditemani oleh beberapa lagu kebangsaan Indonesia. Hal ini sengaja untuk diputarkan, mengingat tempat ini dipenuhi oleh beberapa koleksi sejarah. Sehingga, dimaksudkan agar para pengunjung (wisatawan) bisa merasakan getirnya perjuangan.

Sebelum masuk diruangan yang disebut “Ruang Diorama”, diluar bangunan terdapat relief yang melindungi tubuh monument. Disajikan 40 buah relief Perjuangan Fisik dan Diplomasi Perjuangan Bangsa Indonesia sejak 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949.

13428471621020349859
13428471621020349859

1342847239851928564
1342847239851928564

Ruang Diorama, sebuah ruangan yang terdapat beberapa patung yang dibuat “life size” atas beberapa peristiwa sejak tanggal 19 Desember hingga 17 Agustus 1949. Terlihat seperti nyata, dan membuat bulu kuduk merinding saat berada diruangan ini. Betapa tidak, masih seperti saat di lantai I, disini diputar langsung suara disetiap peristiwa. Semisal, saat penarikan Belanda dari Yogyakarta 29 Juni 1949. Dan juga, terdapat Diorama pada tanggal 17 Agustus 1945, disaat dikibarkannya bendera Indonesia, sebagai penanda Indonesia telah merdeka.

1342847326369742978
1342847326369742978

[caption id="attachment_195437" align="aligncenter" width="540" caption="Diorama peristiwa Serangan Umum 11 Maret Yogyakarta"]

1342847430588142815
1342847430588142815
[/caption]

[caption id="attachment_195438" align="aligncenter" width="540" caption="Sri Sultan HB IX"]

13428475931644998831
13428475931644998831
[/caption]

Berlanjut pada tingkat ketiga, disini merupakan ruang hening. Hanya terdapat sebuah tiang beserta bendera, dan juga sebuah relief berupa tangan memegang bamboo runcing. Sebagai ruang henigng, diharapkan bagi para pengunjung untuk mengheningkan cipta sesaat menghargai para pejuang yang telah gugur. Namun sayang, saat saya memasukin ruang ini, saya tidak mendapati sebuah keheningan. Karena, siswa yang sedang “study tour” justru bermain dan membuat ruangan ini lumayan berisik. Memang terdapat sebuah tulisan bahwa ruang ini juga bisa digunakan sebagai arena bermain anak, karena adanya gema yang ditimbulkan sehingga membuat ketertarikan bagi para siswa.

13428477531941761315
13428477531941761315

13428478631629668385
13428478631629668385

13428479872049567041
13428479872049567041

Ya, dari melihat-lihat Monumen ini, saya bisa melihat langsung dan merasakan bagaimana desir jiwa juang mereka yang telah gugur. Hal ini dibuktikan dari setiap saya melewati beberapa koleksi, bulu kuduk saya merinding. Jika tidak ada Monumen ini, mungkin saja generasi muda tidak akan bisa mengetahui mengenai sejarah.

***

1342848060384942163
1342848060384942163

JAS MERAH (JANGAN MELUPAKAN SEJARAH)

BUNG KARNO

Yogyakarta, Juli

Gilang Rahmawati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun