Mohon tunggu...
Gilang Rahmawati
Gilang Rahmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Sehari-hari menjadi kuli tinta.

*** silahkan tinggalkan pesan *** ** http://www.kompasiana.com/the.lion ** #GeeR

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Kilometer" Cinta

9 Februari 2014   00:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_310997" align="aligncenter" width="640" caption="(Foto Pribadi: GeeR)"][/caption]

Pada senja yang mulai memerah. Kita duduk berdua, memandang apa yang ada di depan mata. Lihat! Ada sekelompok burung terbang beriring-iringan, pulang ke kandang.

Ada yang aneh seharian ini, kau tampak begitu gelisah. Seperti membenam ribuan kata pada mulutmu. Kau membisu, tapi tanganmu erat menggenggam jemariku.

“Khay..”

“Ya..”

“Lihat tadi, sekumpulan burung itu?”

“Lihat. Kenapa?”

“Aku, emm..seminggu lagi seperti mereka. Terbang kembali ke kota asalku..”

“Maksudmu?”

“Iya, pekerjaanku di sini sudah selesai. Proyek sudah beres..”

“Jadi, itu yang membuatmu seharian ini gelisah?”

Ia hanya mengangguk pelan, aku terdiam.

“Hmm..Tapi, hubungan kita tak akan berakhir sampai di sini. Sebab, aku tak terpikir untuk mengakhirinya. Aku mencintaimu, ingin serius denganmu..”

Ia berusaha memberiku ketenangan, aku tetap terdiam.

“Aku serius padamu, Khay..”

“Yaa.. Aku tahu, aku juga tidak akan mengakhiri hubungan kita. Ya..Tak apa, toh kita hanya terpisah oleh lautan. Kita kan masih di satu Negara yang sama. Hahaha…”

Aku tertawa, berusaha tegar.

**

Ini hari ke tujuh setelah kami menikmati senja berdua. Artinya, hari ini ia akan pergi meninggalkanku. Di depan pintu keberangkatan Bandara, aku menahan tangis dengan senyumanku. Ia melambaikan tangan di balik kaca. Aku berjalan gontai menuju parkiran. Sebagian tubuhku seperti melayu.

Mulai detik itu, aku dan dia menjalani hubungan jarak jauh.

[caption id="attachment_310998" align="aligncenter" width="640" caption="(Foto Pribadi: GeeR)"]

13918781052069019924
13918781052069019924
[/caption]

**

Sudah lebih sebulan, aku tak pernah melihat wajahnya di depan mataku. Melihat gondrong rambutnya yang terikat rapi. Ah, aku tak lagi pernah mencium aroma parfum favouritenya yang melekat di tubuhku kala di peluk.

Aku merindu..

[caption id="attachment_310999" align="aligncenter" width="640" caption="(Foto Pribadi:GeeR)"]

1391878153998524056
1391878153998524056
[/caption] [caption id="attachment_311000" align="aligncenter" width="640" caption="(Foto Pribadi:GeeR)"]
13918782031891562031
13918782031891562031
[/caption]

Bahkan, mimpi terkadang jahat padaku. Mimpi selalu menghadirkan dirinya begitu nyata. Dan kusadari, itu hanya mimpi. Bunga tidur saja.

**

Sudah setengah tahun berlalu. Kalau saja tidak ada dunia maya dan juga telepon genggam. Mungkin aku semakin tersiksa dengan rindu. Mungkin..yaa..mungkin hanya saling berkirim surat. Surat yang sampainya berhari-hari.

“Jangan pernah bosan yaa..”

Aku ingat pintanya.

“Jangan lupa kabarin aku terus..”

Kuharap ia ingat itu.

Setengah tahun berlalu, bukan tidak mungkin akan ada perselisihan kecil. Tapi, bahagianya aku. Amarah ini lebih cepat hilang ketika ia tak membalasnya dengan bentakan.

“Untuk apa bersuara keras ketika kita berselisih paham. Itu justru merusak hubungan kita dan membuat kita tak menjadi dewasa.” Begitulah katanya.

**

Sering aku bertanya dalam hati,

“Apakah ia akan ke sini lagi?”

“Apakah ia benar-benar serius?”

“Apakah hubungan ini berlanjut pada pernikahan?”

Banyak yang bilang, pacaran jarak jauh itu gak akan bertahan lama. Itulah sebabnya, pertanyaan pesimis sering terlontar dalam hati. Pertanyaan-pertanyaan itu mulai bosan lalulalang di dalam otak. Aku pun lupa.

**

Kini tepat setahun kami menjalin kasih. Sebulan bertatap muka, sebelas bulan bertatap layar handphone. Besok adalah hari istimewa, saat dimana dulu kita resmi berpacaran. Saat dimana ia menggombaliku dengan jutaan kata mesra. Aku ingin ia datang esok.

Tanpa sepengetahuanku, ia, lelaki berkulit purihku telah mengatur rencana. Ia membeli tiket pesawat untuk terbang ke tempatku, mendatangiku.

[caption id="attachment_311001" align="aligncenter" width="640" caption="(Foto Pribadi:GeeR)"]

1391878277814355884
1391878277814355884
[/caption]

[caption id="attachment_311002" align="aligncenter" width="480" caption="(Foto Pribadi:GeeR)"]

13918783262046152329
13918783262046152329
[/caption]

**

Tepat di tanggal dan bulan yang sama tapi di tahun yang berbeda, aku seperti bermimpi. Ia menelponku dan memintaku untuk pergi ke taman dekat rumahku. Sendirian.

“Sendiri dan setiba di sana, jangan menoleh sedikitpun!”

Kupatuhi ucapannya.

Kutunggu apa yang terjadi.

Ada suara yang memanggilku, itu suaranya!

“Khay…”

Aku menoleh dan terkejut. Setangkai mawar diberikannya padaku. Sambil menggenggam tanganku, ia berkata,

“Will You Marry Me?”

[caption id="attachment_311003" align="aligncenter" width="640" caption="(Foto Pribadi:GeeR)"]

13918784131268600954
13918784131268600954
[/caption]

****

Kutitip rindu pada jarak.

Kutitip percaya pada Tuhan yang memberi waktu.

(GeeR)

**

Memeriahkan:

WPC Jebul I Essay “Resolusi”

“Resolusi Long Distance Relationship ya apalagi kalau bukan ingin untuk bertemu selamanya”

Palangka Raya, 7 Februari 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun