Mohon tunggu...
gilangpradana
gilangpradana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya tidur,mancing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korupsi dan Oligarki: Dilema Abadi Politik Tanah Air

15 Desember 2024   19:01 Diperbarui: 15 Desember 2024   19:01 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Korupsi dan oligarki telah menjadi dua isu utama yang terus membayangi sistem politik di Indonesia. Meski telah lebih dari dua dekade sejak reformasi 1998, tantangan ini masih menjadi penghalang besar dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan demokratis. Dalam konteks ini, korupsi dan oligarki tidak hanya saling berhubungan tetapi juga memperkuat satu sama lain, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus.

Fakta dan Data Korupsi di Indonesia

Korupsi di Indonesia masih menjadi ancaman serius bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data Indonesia Corruption Watch (ICW), sepanjang tahun 2023 terdapat 791 kasus korupsi yang diungkap dengan total kerugian negara mencapai Rp 28,4 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tidak hanya itu, indeks persepsi korupsi (CPI) Indonesia pada tahun 2023 menurun menjadi 34 dari skala 100, jauh di bawah rata-rata global yang berada di angka 43.

Penurunan ini mencerminkan lemahnya upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Salah satu penyebab utamanya adalah melemahnya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) sejak revisi Undang-Undang KPK pada 2019. Revisi tersebut dinilai banyak pihak melemahkan independensi dan kewenangan lembaga ini. Akibatnya, banyak kasus besar yang mangkrak atau diselesaikan dengan hukuman ringan yang tidak memberikan efek jera.

Oligarki dan Konsentrasi Kekuasaan

Di sisi lain, oligarki semakin menguat dalam kancah politik Indonesia. Laporan dari Oxfam dan INFID pada 2022 menunjukkan bahwa kekayaan empat orang terkaya di Indonesia setara dengan gabungan kekayaan 100 juta rakyat termiskin. Fenomena ini menggambarkan bagaimana kekayaan dan kekuasaan terkonsentrasi di tangan segelintir individu atau kelompok. Lebih dari itu, banyak di antara mereka yang memiliki kedekatan dengan elit politik dan memanfaatkan posisi tersebut untuk mengamankan kepentingan ekonomi mereka.

Kehadiran oligarki dalam politik Indonesia tidak hanya memengaruhi kebijakan publik tetapi juga proses pemilihan umum. Sebagai contoh, biaya tinggi dalam pemilu sering kali membuka jalan bagi pengaruh oligarki, baik melalui pendanaan kampanye maupun penguasaan media. Hal ini menciptakan ketergantungan politikus terhadap pemodal besar, yang pada akhirnya mengarah pada praktik politik transaksional.

Dampak bagi Demokrasi dan Rakyat

Korupsi dan oligarki tidak hanya merugikan secara finansial tetapi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi demokrasi. Ketika proses politik didikte oleh kepentingan segelintir elit, suara rakyat kecil menjadi terabaikan. Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan sering kali tidak mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat luasKorupsi dan Oligarki: Dilema Abadi Politik Tanah Air

Korupsi dan oligarki telah menjadi dua isu utama yang terus membayangi sistem politik di Indonesia. Meski telah lebih dari dua dekade sejak reformasi 1998, tantangan ini masih menjadi penghalang besar dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan demokratis. Dalam konteks ini, korupsi dan oligarki tidak hanya saling berhubungan tetapi juga memperkuat satu sama lain, menciptakan lingkaran setan yang sulit diputus.

Fakta dan Data Korupsi di Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun