Mohon tunggu...
Gilang Nugraha
Gilang Nugraha Mohon Tunggu... Freelancer - Jr. Content Writer

untuk mendukung silahkan donasi di https://saweria.co/Gilangn isi konten Harian

Selanjutnya

Tutup

Bola

4 Alasan Mengapa Ten Hag Harus Stay

13 Oktober 2023   14:30 Diperbarui: 13 Oktober 2023   14:38 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar : https://www.marca.com/)

Musim kedua kepelatihan Ten Hag dibuka dengan hasil yang kurang memuaskan, total dari 11 laga yang sudah dijalani Manchester United di segala kompetisi mereka sudah menelan 6 kekalahan yang dimana pada pramusim digadang-gadang tim ini akan muncul sebagai salah satu kandidat juara liga inggris. Belum lagi sisi pertahanan mereka yang akhir-akhir ini menjadi sorotan media karena dalam 11 laga tersebut mereka sudah kebobolan 19 gol cukup untuk membuktikan betapa rapuhnya koordinasi MU. Meski begitu dengan hasil yang diluar ekspektasi ini belum ada berita tentang pemecatan pelatih asal Belanda tersebut namun hal ini sangat baik untuk dilakukan oleh board (manajemen) klub berikut beberapa alasannya:

  1. Kepemimpinan di ruang ganti

Dari semenjak sepeninggalan era kejayaan Manchester United dibawah asuhan pelatih legenda Sir Alex Ferguson, total ada 7 pelatih berbeda termasuk caretaker keluar masuk dari kantor manajer di Carrington alasan pemecatan para pelatih tersebut paling mencolok adalah konflik antara para pelatih dengan para pemain besar punggawa Manchester United yang pada akhirnya situasi seperti ini seringkali membuat situasi panas di ruang ganti dan berujung kepada pemecatan para pelatih. Seperti contoh di awal adalah konflik David Moyes dengan Rio Ferdinand dan pemain senior lain yang memang pada saat itu Moyes datang dari tim yang levelnya jauh dengan MU yaitu Everton sedangkan pemain didalamnya kebanyakan adalah tim yang sudah pernah menjuarai gelar bergengsi di klub. Lanjut ke kasus Louis Van Gaal yang pada musim keduanya tiba-tiba Angel Di Maria meninggalkan klub tanpa sepengetahuan pelatih senior asal Belanda tersebut, Jose Mourinho dengan Luke Shaw dan Paul Pogba yang berujung pada pemecatan pelatih asal Portugal tersebut. Ole Gunnar Solskjaer dan Ralf Rangnick yang tidak bisa membendung sinar kebintangan Cristiano Ronaldo.

Berbeda dengan nama-nama lain Erik Ten Hag yang dikenal ruthless secara perlahan telah mengambil alih penuh kendali di ruang ganti Manchester United dari mulai mendepak Cristiano Ronaldo, hingga ke kejadian Jadon Sancho, tanpa kompromi sebesar apapun nama pemainnya pelatih berkepala plontos tersebut siap menepikan siapapun yang menentang akan otoritas dirinya.

  1. Mempelajari kultur kejayaan Manchester United

Pada dasarnya taktik Ten Hag adalah taktik yang berfokus kepada penguasaan bola terlihat pada saat dirinya menangani Ajax dahulu hampir 11 pemain didalam lapangan memiliki kemampuan untuk menahan dan mengalirkan bola dari kaki ke kaki, terbukti pemain seperti Matthijs De light, Frenkie De Jong, dan Jurrien Timber sekarang memperkuat tim mereka masing-masing yang memang memiliki filosofi possession footbal, yakni De lIght bersama Bayern Munchen, De Jong dengan Barcelona dan juga Jurrien Timber yang baru pindah ke Arsenal. Belum lagi dirinya sempat menjadi murid dari Pep Guardiola pada saat pelatih asal Spanyol tersebut melatih Bayern Munchen. Namun Erik Ten Hag bukanlah orang yang keras kepala dimana memang keterbatasan support dari manajemen akan budget yang terbatas. Membuat dirinya mempelajari era kejayaan Manchester United dimana memang pada saat itu MU dikenal dengan serangan balik dan pertahanan yang sama kuatnya bahkan Erik Ten Hag pada saat pramusim dirinya mengatakan bahwa ingin membentuk tim setan merah sebagai tim yang memiliki transisi terbaik di dunia, karena memang pada terakhir kali MU menjuarai double winners di 2008 dimana mereka meraih gelar premier league dan Champions League mereka memiliki pemain dengan kapasitas pas-pasan dalam memainkan bola dari kaki ke kaki dan lebih berfokus dalam memperkuat pertahan dan memiliki punggawa lini depan yang cepat dan sangat mungkin untuk melakukan transisi atau counter attack yang sangat mematikan dimana pada saat itu MU diperkuat 3 lini depan terseram pada masanya yaitu Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney , dan juga Carlos Tevez. Dan juga pada saat mereka memenangkan treble di tahun 1999 dimana mereka memiliki Ryan Giggs, David Beckham, Andy Cole , dan juga Dwight Yorke.

  1. Treatment berbeda pada setiap pemain

Bukan dengan maksud dengan membedakan para pemain, namun cara didik ETH pada anak asuhannya adalah yang terbaik, dengan mengkombinasikan antara membantu pemain untuk kembali ke performa terbaik namun dengan cara yang tegas hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa pemain dimana pada awalnya AWB sempat dirumorkan menjadi daftar jual klub karena tidak cocok dengan skema nya, namun lambat laun dirinya bangkit dan kembali bersaing di lini kanan pertahanan Manchester United bersaing dengan Diogo Dalot. Begitu juga Jadon Sancho yang diberikan treatment untuk memulihkan mentalnya di Belanda namun karena tindakan indisipliner dirinya akhirnya ditepikan begitu juga kedua pemain seperti Scott Mctominay dan juga Maguire yang secara perlahan kembali meningkatkan performa permainan mereka. Dan juga hukuman kepada pemain dilakukan dengan cara yang bijak contohnya seperti musim lalu pada saat kalah melawan Brentford 4-0 dirinya langsung menghukum anak asuhnya untuk berlari sejauh 8 mil, karena anak asuhnya memiliki angka daya jelajah di lapangan sebanyak itu melawan tim Brentford. Namun juga dengan catatan dirinya juga ikut berlari dengan anak asuhnya sampai akhirnya di musim lalu ini adalah titik balik kebangkitan mereka dari 2 laga awal kekalahan yang mereka alami sampai bisa mendapatkan 1 trofi carabao cup dan berhasil berada di posisi 3 klasemen akhir liga inggris 2022-2023.

  1. Rekrutmen yang efektif

Total perbelanjaan Ten Hag dalam mendatangkan pemain total sudah 8 pemain, dan pembeliannya sejauh ini sudah cukup efektif mungkin terhitung ada 2 pemain yang masih menjadi perjudian besar oleh pelatih asal Belanda tersebut yaitu pembelian Anthony dan Andre Onana yang sejauh ini belum menunjukan performa konsisten untuk tim setan merah tersebut, selebihnya rekrutan lain seperti Casemiro, Lisandro Martinez dan juga Eriksen di musim lalu menjadi pemain yang secara penampilan menjadi pondasi tim di area pertahanan dan lini tengah. Walaupun memang performa mereka agak terganggu akan kebugaran dan juga cedera yang diderita namun sejauh ini pemain yang baru datang di musim ini secara perlahan mulai menunjukan kontribusi yang tidak buruk seperti Rasmus Hojlund dan juga Mason Mount dimana Hojlund sudah mencetak 3 gol di liga Champions dan 1 di liga Inggris sedangkan Mason Mount sudah memberikan 1 assist dan menggerakan taktik di tengah lapangan menjadi lebih dinamis dan cepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun