Pada februari lalu sebanyak 200 jiwa pemilih di dalam negeri maupun 1,75 juta diaspora Indonesia di seluruh negara dunia menggunakan hak suaranya untuk memilih serentak Presiden dan Wakil Presiden serta calon legislatif. Tahun 2024 merupakan tahun politik di Indonesia, rentetan pemilih akan digelar mulai dari awal tahun dengan pemilihan Capres dan Cawapres, serta akhir tahun 2024 Indonesia akan mengadakan Pilkada serentak. Hal ini menjadi momentum untuk memperkuat peran demokrasi yang cenderung lemah dalam beberapa tahun terakhir ini. Wajah demokrasi Indonesia bisa dilihat dari berbagai lembaga survei yang mengukur kualitas demokrasi dalam negeri.
Kampanye politik merupakan salah satu instrumen penting dalam sistem demokrasi. Melalui kampanye, calon pemimpin berusaha memperkenalkan visi, misi, dan program kerja kepada masyarakat. Namun, di balik hiruk-pikuk kampanye, sering kali terdapat tindakan manipulatif yang berpotensi merusak integritas proses demokrasi itu sendiri. Dalam konteks demokrasi modern, etika kampanye politik merupakan aspek yang sangat penting untuk memastikan bahwa proses demokrasi berjalan dengan adil, transparan, dan berorientasi pada kesejahteraan umum. Dalam perspektif Islam, etika kampanye politik tidak hanya tentang memenangkan suara, tetapi lebih tentang mewujudkan pemerintahan yang adil dan berkeadilan, bersih, jujur, dan bertanggung jawab.
Dalam Islam, seluruh perilaku manusia diatur oleh prinsip-prinsip moral yang bersumber dari ajaran Al-Qur'an dan Hadits. Prinsip-prinsip tersebut meliputi kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan saling menghormati. Prinsip kejujuran misalnya tercermin dalam firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah apa yang benar" (QS. Al-Ahzab: 70). Kejujuran merupakan salah satu nilai utama yang harus dipegang teguh umat Islam dalam segala tindakan, termasuk dalam politik. Keadilan juga merupakan prinsip yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam. Dalam kampanye pemilu, keadilan berarti setiap kandidat harus mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan pandangannya tanpa adanya diskriminasi. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Allah memerintahkan (kamu) untuk berbuat adil dan berbuat baik" (QS. An-Nahl: 90). Hal ini menggarisbawahi pentingnya memperlakukan semua pihak secara adil, baik dalam konteks kampanye maupun dalam pemerintahan mendatang.
Di negara demokrasi modern, kampanye sering kali mengarah pada perilaku tidak etis seperti fitnah, pencemaran nama baik, penyebaran berita palsu (hoax), bahkan politik uang. Praktik-praktik tersebut jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga kehormatan dan martabat setiap orang. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia mengucapkan kata-kata yang baik atau diam saja" (HR Bukhari dan Muslim). Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam harus berhati-hati dalam perkataan dan perbuatannya selama kampanye politik dan tidak boleh memberikan janji palsu atau memfitnah lawan politik. Tantangan lainnya adalah penyebaran informasi yang salah. Di era digital, berita palsu dapat dengan mudah menyebar dan mempengaruhi pemilih. Dalam Islam, menyebarkan berita palsu adalah dosa. Rasulullah SAW bersabda: "Jika seseorang menceritakan segala sesuatu yang didengarnya, maka cukuplah ia dianggap pembohong" (HR.Muslim). Oleh sebab itu, kampanye yang berlandaskan pada politik uang bertentangan dengan ajaran Islam dan harus dihindari oleh setiap Muslim.
Selain itu, praktik politik uang kerap menjadi isu utama dalam kampanye. Suap atau politik uang haram di mata Islam karena mengalahkan keadilan dan merugikan pihak lain. Allah SWT berfirman: "Janganlah sebagian kamu menafkahkan harta sebagian yang lain dengan cara yang salah" (QS. Al-Baqarah: 188). Oleh karena itu, gerakan-gerakan yang berbasis politik uang bertentangan dengan ajaran Islam dan harus dihindari oleh setiap umat Islam. Mengintegrasikan nilai-nilai agama ke dalam kampanye politik berarti mengedepankan etika dan moralitas dalam seluruh aspek kampanye. Para pemimpin Muslim di masa depan harus memahami bahwa kampanye bukan sekadar peluang untuk meraih kekuasaan, melainkan sebuah tugas yang harus dilaksanakan dengan jujur, adil, dan bertanggung jawab. Kampanye politik Islam mengharuskan kandidat untuk fokus pada pengabdian masyarakat, menjunjung tinggi keadilan sosial, dan menolak segala penyimpangan formal yang dapat merugikan proses kampanye.
Selain itu, dalam gerakan Islam, penting untuk menekankan aspek keikhlasan. Pemimpin Islam dipandang sebagai pelayan masyarakat, bukan orang yang memerintah demi keuntungan pribadi. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi kemanusiaan" (HR. Ahmad). Oleh karena itu, setiap pemimpin masa depan harus berusaha untuk mendahulukan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Saat kampanye, pemimpin masa depan juga harus bisa memberikan contoh yang baik (uswah hasanah). Islam sangat menekankan pentingnya teladan kepemimpinan. Pemimpin yang baik harus mampu menunjukkan sikap dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam seperti kejujuran, kesederhanaan dan kebaikan terhadap orang lain. Dalam hal ini, kampanye menjadi ajang untuk menunjukkan bahwa pemimpin masa depan mempunyai karakter yang sesuai dengan tuntunan agama.
Aspek penting dalam gerakan politik Islam adalah menjaga persatuan umat. Selama kampanye pemilu, masyarakat cenderung terpolarisasi dan berujung pada perpecahan. Islam menekankan pentingnya menjaga persatuan dan menghindari konflik yang merusak keharmonisan sosial. Allah SWT berfirman: "Kalian semua berpegang teguh pada tali Allah (agama) dan jangan memecah belah" (QS. Ali Imran: 103). Gerakan Islam harus mampu mempersatukan umat, bukan memecah belah demi keuntunga pribadi. Di negara demokrasi modern, kampanye politik sering kali menjadi ajang pertarungan untuk mendapatkan suara. Namun bagi umat Islam, berkampanye bukan hanya sekedar meraih kekuasaan, namun juga menjunjung tinggi etika dalam setiap langkah. Dengan menerapkan nilai-nilai Islam seperti kejujuran, keadilan, ketulusan dan persatuan dalam kampanyenya, para pemimpin masa depan dapat mengarahkan proses demokrasi ke arah yang lebih bermartabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H