Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Belajar dari Bursa Transfer Persib yang Berbau Panic Buying

30 Januari 2017   09:45 Diperbarui: 30 Januari 2017   17:59 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Latihan bersama Persib di tahun 2017. Persib.co.id

Masih segar di ingatan ketika Achmad Jufriyanto, Firman Utina, Muhamad Ridwan, Supardi Nasir, Ferdinand Sinaga, dan Konate Makan membawa Persib ke puncak tertinggi sebuah kompetisi bernama ISL 2014 dan turnamen Piala Presiden 2015. 

Dua trofi juara berhasil disimpan dalam kenangan dan lemari prestasi Maung Bandung. kelak nama-nama yang tercantum di daftar pemain Persib musim itu akan di cap sebagai legenda tak ubahnya Robby Darwis, Djadjang Nurdjaman, Sutiono Lamso dkk di musim 1995.

Beberapa waktu lalu sebagian atau seperempat pemain juara yang sehabis Piala Jenderal Sudirman tidak lagi berjersey biru kini mulai merapat kembali, terhitung ada dua pemain yang melengkapi barikade quartet pertahanan, Achmad Jufriyanto dan Supardi Nasir. Alasannya tak bukan adalah untuk mempertahankan gelar juara. 

Ya, mengembalikan mereka agaknya bisa dibilang logis dari pada harus membentuk skema bertahan baru dari pemain yang sebelumnya tak mengerti tradisi dan tekanan besar bobotoh. Mengingat juga quartet ini; Achmad Jufriyanto, Vladimir Vujovic, Supardi Nasir, dan Tony Sucipto merupakan kombinasi sempurna dari yang pernah ada setelah era Kang Robby Darwis.

Masih dari lini pertahanan, Wildansyah pun dipanggil pulang oleh pelatih Djanur, walaupun pemain yang satu ini tidak ikut serta membantu Persib juara di dua kompetisi itu, akan tetapi, rasanya dia tetap menjadi simbol generasi emas sepakbola Bandung, apalagi Ia mengantarkan Pelita Bandung Raya (PBR) ke semifinal ISL 2014. Pemain bernomor punggung 4 ini mengawali karir di tim Persib, maka tak heran jika Ia sudah cukup dikenal dan mengenal betul tekanan Bobotoh. Agaknya untuk urusan adaptasi Wildan tak perlu berlama-lama untuk mengklopkan diri dengan rekan-rekan lamanya.

Memang Firman Utina, Muhamad Ridwan, Ferdinan Sinaga, dan Makan Konate masih belum bisa dipulangkan. Akan tetapi, dengan kehadiran Dedi Kusnandar, Matsunaga Shohei, Sergio van Dijk, dan Erick Weeks Lewis sedikit banyak mengurangi keompongan tim Maung Bandung di sektor kreatif (tengah dan depan, red). Dado sapaan akrab Dedi Kusnandar punya visi bermain yang mirip dengan Firman, mulai dari akurasi umpan, pergerakan, hingga tembakan ke gawang.

Mengembalikan Matsunaga Shohei pun bisa dikatakan tepat jika pakem permainan mengacu ke tahun 2014. Shohei bisa dijadikan sebagai pengganti M.Ridwan dan bisa bermitra dengan Tony Sucipto maupun Supardi, dengan pengalaman dan kematangan, kedatangannya dirasa cukup untuk memenuhi level tim Persib tahun 2014. 

Kemudian, sejak jauh-jauh hari Persib kedatangan eks pemainnya di musim 2013 yang identik dengan kepala pelontos, Sergio van Dijk, di pertengahan hajatan ISC 2016 Djanur dipusingkan dengan mandeknya lini serang warisan Dejan Antonic pelatih sebelumnya.

Dari pergerakan, Sergio memang daya jelajahnya tidak seluas Ferdinan mengingat dia adalah striker murni yang memiliki karakter macam Cristian Gonzales. Namun, ditanya soal gol, Sergio tak kalah tajam dari striker siluman (false nine, red) bernama Ferdinan Sinaga itu. Kombinasi apik Febri Bow-Sergio di akhir ISC 2016 membuat manajemen dan tim pelatih mempertimbangkan hal lain untuk tidak memasukan nama Sergio ke dalam daftar cuci gudang pemain musim ini.

Kedatangan Erick Weeks Lewis memang tak pernah diduga sebelumnya, mungkin Erick tak pernah ada dalam rencana manajemen kalau saja perekrutan Patrick Cruz dan Vitor Saba tak menemui kata gagal. Erick adalah opsi kesekian, bisa dikatakan juga opsi darurat dari manajemen dan tim pelatih. Sehingga dari transfer ini memunculkan kesan panic buying.

Bisa saja manajemen mengelak bahwa Erick memiliki kesamaan karakter seperti Makan Konate. Namun, Konate tetaplah Konate yang memiliki dan memahami konsep bermain sepakbola secara gamblang, Bertahan, menyerang, dan transisi. Konate bisa melakukan ketiganya dengan sama baiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun