Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Memahami Sikap Defensif Ketua PSSI

24 November 2018   12:53 Diperbarui: 2 Desember 2018   02:31 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: bolasport.com/Mohammad Robbani

Tak berhenti sampai disitu, Edy terus menciptakan komentar yang unik. Di Medan, ia kembali melontarkan komentar yang membingungkan publik. Saat itu dikatakannya kalau kursus kepelatihan yang tengah dijalani Luis Milla adalah pendalaman ilmu, selain itu ia juga sempat menjelaskan bahwa coach itu adalah pelatih.

"Kabarnya (Luis Milla) tanya ke saya, orang saya ketua PSSI-nya kok. Luis Milla sedang melakukan pendalaman ilmu (kursus lisensi kepelatihan), sebagai kewajiban seorang coach. Coach itu pelatih, dan dia baru selesai. Hari ini insya Allah sudah sampai (di Indonesia)," kata Edy saat diwawancarai stasiun televisi CNN Indonesia, Kamis (18/10).

Berkat pemilihan kosakata yang membingungkan untuk menjelaskan kursus lisensi kepelatihan UEFA yang tengah di jalani Luis Milla Aspas di Spanyol itulah netizen memviralkan guyonan "Coach itu Pelatih".

Menyikapi Strategi Catenaccio Ketua PSSI

Di Eropa catenaccio atau strategi bertahan ala Gi Azzuri mulai dianggap klise. Bahkan di Italia sendiri. Tak banyak tim yang menggunakan pola tiga bek yang konon menjadi dasar strategi tersebut. 

Terakhir ada nama Antonio Conte yang menggunakan ideologi ini semasa menangani Juventus serta di Piala Eropa 2016 bersama Timnas Italia dan di Liga Primer Inggris 2016/17 bersama Chelsea. Sukses? Ya, bisa dikatakan demikian tapi hanya untuk sesaat.

Pertahanan kokoh yang dibangun Conte secara sistematis pun bisa roboh. Apalagi dinding PSSI yang coba dibangun Edy Rahmayadi. Dari pernyataaan-pernyataan yang kontroversial itu, kita bisa simpulkan jika Edy yang berkomunikasi dengan gaya militer seolah melindungi diri dan mencari kambing hitam dari bobroknya organisasi.

Sebelum gaduh kalimat "Wartawannya harus baik" Edy sempat enggan mengomentari soal kegagalan Timnas Indonesia ke babak selanjutnya. Ia berkata demikian kepada CNN Indonesia: "Capek saya, saya sedang capek." ujarnya, Jumat (23/11).

Jika dirunut, dari pernyataan yang pernah dikeluarkan Edy mulai dari "Apa hak Anda menanyakan itu?", "Coach itu Pelatih", "Anda saja yang jadi ketua PSSI", sampai yang terakhir "Wartawan baik". Edy jelas tak punya maksud apapun selain membela diri agar posisinya aman sebagai ketua umum. Kini catenaccio gubahan Edy mulai mudah terbaca.

Suko Widodo, seorang pengamat komunikasi dari Universitas Airlangga menilai gaya komunikasi Edy memakai pendekatan apa yang disebut "komunikasi dengan tujuan yang mengendalikan" (controlling style). Sebagai mantan panglima Kostrad, komunikasi ini lazim ditemukan di kalangan militer.

"Mestinya (sebagai pejabat publik) tidak begitu," ujar Widodo kepada Tirto. "Tetapi seringkali tekanan masalah membuat naluri defensif dengan memperlihatkan pesan yang sifatnya instruktif." Lanjut Widodo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun