Ketika CEO PT. Liga Indonesia Baru (LIB), Tigorshalom Boboy memutuskan laga pekan ke-9 antara Persebaya Surabaya melawan Persib Bandung "ditunda" dan akan digelar pada akhir putaran pertama.
Para Bobotoh maupun Bonek langsung memahami dan legowo atas putusan tersebut. Sebab faktor keamanan yang tak kondusif di Surabaya pasca bom bunuh diri terduga teroris menjadikan laga ini berstatus force majeur.
Urusan kelegowoan ini faktanya terus berlanjut hingga pertandingan tunda selesai dimainkan pada Kamis (26/7) malam. Meskipun kubu tuan rumah menelan kekalahan dengan skor (3-4), Bonek Mania menerima dengan lapang dada, bahwa tim tamu bermain lebih baik. Pemandangan dari tribun memang sangat bersahabat, bagaimana warna hijau dan biru menyatu tanpa sekat.
Alih-alih mendramatisir ketegangan, mereka si hati biru dan hijau tak ubahnya dua kerabat yang sedang bertemu kangen setelah sekian lama tak berjumpa. Maklum Persebaya baru promosi tahun ini sehingga momentum pertemuan keduanya sangatlah spesial.Â
Mereka meminggirkan ambisi kemenangan meskipun kedua tim (Persib dan Persebaya, red) membutuhkan poin di klasemen. Tak heran jika laga pamungkas ini lebih terasa seperti friendly match ketimbang big match dari perspektif pinggir lapangan (baca: penonton).
Namun lain halnya dengan yang dirasakan pemain di lapangan. Rivalitas 90 menit tetap berlaku. Kapten Supardi Nasir, Hariono, M. Natsir, dan Dedi Kusnandar seolah membuka kembali ingatan indah final Indonesia Super League (ISL) 2014 tatkala Persib berhasil menyudahi perlawanan tim Persipura Jayapura lewat babak adu penalti.
Memang masih terdapat beberapa pemain lain yang tersisa dari tim jawara 2014 Â lalu. Diantaranya Atep Rizal,Tony Sucipto, dan Made Wirawan. Namun dibawah asuhan pelatih Mario Gomez mereka belum mendapat kesempatan tampil reguler. Sehingga hanya empat nama yang merasakan momen memanggil ingatan itu.
Terlebih lagi di kubu Persebaya Surabaya banyak dihuni oleh pemain berdarah Papua yang membuat laga ini sarat Deja vu. Fandy Imbiri, Isac Wanggai, Ruben Sanadi, Nelson Alom, Ricky Kayame, Osvaldo Haay, hingga Ferinando Pahabol. Bojan Malisic, Inkyun Oh, Ardi Idrus, Ezechiel, Agung Mulyadi, Ghozali Siregar, Henhen hingga Indra Mustafa pun merasakan emosi yang dibawakan aktor lama, kapten Supardi cs.
Tak dipungkiri pemain gerbong Gomez mengamini hal tersebut. Terlihat beberapa kali konsentrasi pemain buyar akibat tingginya tensi pertandingan. Boleh dikatakan laga ini merupakan laga pamungkas paruh musim Liga rasa final sebuah turnamen. Ketegangan yang tidak biasa dari wajah garang Malisic, Ezechiel, dan Igbonefo pun tergambar jelas. Terutama striker berpaspor Chad tersebut, Ia kerap menghamburkan peluang emas di laga ini.
Lokal Pecah Telor
Laga terakhir GO-JEK LIGA 1 putaran pertama tak sekadar soal persahabatan dan Deja vu beberapa pemain saja. Melainkan sekaligus menjawab keresahan Bobotoh atas macetnya kran gol pemain lokal selama ini.Â