Menuju musim Liga 1 2018, tak ada asumsi panic buying yang diarahkan kepada akitvitas transfer pemain klub Persib Bandung. Tentu, keadaannya jauh berbeda dengan yang terjadi di musim lalu.
Pada musim lalu, manajemen serta staf pelatih Maung Bandung seolah tergesa-gesa dalam perekrutan pemain. Padahal, pemain kelas A hilir mudik untuk seleksi di Bandung. Contoh saja beberapa di antaranya, Willie Overtoom, Minko Livaja, Erick Weeks, Alex Willian Costa. Namun, tidak ada satupun yang mampu menjawab ekspetasi pelatih khususnya dan bobotoh pada umumnya.
Hal tersebut imbas dari lepasnya sebagian target utama yang sudah diincar Persib dijendela transfer. Rodrigo Dos Santos, Rizky Ripora, hingga kegagalan mengembalikan playmaker Makan Konate dari T-Team Malaysia. Pada akhirnya, di penghujung deadline bursa transfer pihak Persib seolah dilanda kepanikan. Solusi yang diberi manajemen soal marquee player akhirnya diterima tim pelatih. Kedatangan Michael Essien dan Carlton Cole menjadi puncak drama panic buying di bursa transfer musim 2017.
Sebelumnya, staff pelatih seolah tergesa dalam pengambilan keputusan pencoretan pemain. Hampir seluruh pemain gembong pelatih Dejan Antonic kecuali Kim Jeffrey Kurniawan dilepas. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan di bursa transfer, terlalu banyak pemain yang pergi tak diiringi dengan pemain yang datang. Terjadilah kisah CLBK dengan mantan. Supardi Nasir Bujang dan Ahmad Jufriyanto jadi aktor utama dalam kisah bersemi dengan mantan.
Persib U-30
Di bursa transfer kali ini tak hanya In Kyun yang menjadi isu terhangat yang diperbincangkan bobotoh. Jauh hari, sebelum kedatangan pemain Korsel ini. Eka Ramdani dan Airlangga Sucipto sempat dipertanyakan kehadirannya.Â
Bukan tanpa alasan, kedua pemain tidak muda lagi dan dianggap sudah melewati masa keemasan dalam karirnya. Apalagi, Eka Ramdani pernah mengakhiri dedikasinya di Persib dengan muram. Ia sempat berselisih paham dengan sebagian fans Persib saat hijrah ke Persisam Putra Samarinda bersama Cristian Gonzales.
Teringat kembali, konon saat itu Eka meminta naik gaji kepada manajemen. Sebuah hal yang mencoreng loyalitasnya yang sudah dibangun bertahun-tahun bersama Maung Bandung. Kisah kelam Eka memang masih bisa diperdebatkan kebenarannya, namun satu hal yang pasti, Eka pergi untuk kembali. Walaupun tidak mudah bagi Eka untuk diterima kembali oleh bobotoh apalagi Ia pulang ke rumah dengan kondisi tidak muda lagi. Sentuhan khasnya mungkin saja sudah luntur seiring berjalannya waktu.
Hal demikian juga menimpa striker mungil Airlangga Sucipto. Jika perekrutan Eka Ramdani masih sedikit diwajarkan mengingat ia bisa dijadikan mentor bagi Gian Zola walaupun akhirnya ada kemungkinan menit bermain Eka tidak akan sebesar yang diterima di Persela Lamongan. Perekrutan pemain yang biasa di sapa Ronggo ini dikaitkan dengan nuansa politis. Mengingat tahun ini merupakan tahun politik disebagian daerah di Jawa Barat. Ia kerap disebut sebagai pemain titipan pejabat daerah.
Isu tersebut semakin meluas ketika Ia menjadi bahan/alat kampanye politik salah satu calon kepala daerah. Terlebih lagi, dalam sebuah pertandingan uji coba ia sempet terekam kerepotan dalam melewati pemain Diklat. Sentuhan dengan bolanya pun terbilang berantakan. Ini jelas menjadi kabar buruk mengingat Airlangga kelak dipersiapkan untuk memback up posisi Ezechiel. Catatan medis menarasikan bahwa Eze rawan cedera.
Fragmen cerita perekrutan pemain di atas 30 tahun ini terus berlanjut tatkala, Bojan Malisic dan Victor Igbonefo diperkenalkan sebagai pemain baru Persib. Topik seputaran Persib U-30 pun merebak luas ke segala penjuru tanah pasundan. Mario Gomez dianggap gemar merekrut pemain dengan usia lanjut. Namun, keputusan merekrut Bojan dan Victor lebih kepada rencana dia sendiri tampa intervensi dari pihak manapun. Jadi tak ada masalah dengan perekrutan kedua pemain ini.